Assalamualaikum
Adakah Islam melarang diucapkan selamat kepada mereka seumpama "selama Hari Krismas atau Selamat Hari Deepavali ?Persoalan ini terjawab dengan beberapa pandangan ulama', saya petik melalui satu soalan yang dikemuakan dalam alahkam.com.
Ucapan selamat natal oleh banyak kalangan memang diharamkan, bahkan sampai ada yang mengirim SMS kepada kami dengan kalimat pembuka: INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN: saya dengar dari Elshintasi fulantelah mengucapkan ucapan selamat natal...
Menurut pengirim SMS itu, ucapan selamat natal itu kontra produktif dengan fatwa MUI tahun 1984.
Sikap kami sendiri tentu juga tidak mengucapkan selamat natal kepada para pemeluk agama kristiani. Selain ada fatwa yang mengharamkannya, juga mengucapkannya saat ini jadi akan salah waktu. Sebab Nabi Isa 'alaihissalam tidak lahir pada tanggal 25 Desember, beliau lahir di musim panas saat kurma berbuah, sebagaimana isyarat di dalam ayat Al-Quran saat Ibunda Maryam melahirkannya di bawah pohon kurma. Saat itu Allah SWT berfirma kepadanya:
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu (QS. Maryam: 25)
Jelas sekali Nabi Isa lahir di saat buah kurma masak, dan itu tidak terjadi di musim salju. Kecuali kalau mau dipaksakan sebuah kebohongan baru lagi. Misalnya dikatakan bahwa Nabi Isa 'alaihissalam merupakan penduduk Australia yang berada di Selatan Katulistiwa, di mana tanggal 25 Desember seperti sekarang ini di sana justru sedang musim panas. Tapi itupun salah, sebab di Australia tidak ada pohon kurma, yang ada mungkin pohon kaktus.
Atau bisa saja lahirnya nabi Isa tetap pada tanggal 25 Desember, tetapi syaratnya kejadiannya harus di Indonesia, karena pada tanggal seperti itu di Indonesia tidak ada musim panas atau musim dingin. Di Indonesia ada musim duren. Tapi yang disebutkan di dalam Al-Quran adalah buah kurma, bukan buah duren. Lagian, masak Maryam sehabis melahirkan malah makan duren? Aya aya wae.
Perbedaan Pendapat Ucapan Selamat Natal
Tentang hukum ucapan selamat natal itu, memang kalau kita mau telusuri lebih jauh, kita akan bertemu dengan beragam pendapat. Ada ulama yang mengharamkannya secara mutlak. Tapi ada juga yang membolehkannya dengan beberapa hujjah. Dan juga ada pendapat yang agak di pertengahan serta memilah masalah secara rinci.
Tentu bukan berniat untuk memperkeruh keadaan kalau kami sampaikan apa yang beredar di tengah umat tentang hal ini. Sebaliknya, kajian ini justru untuk memperluas wawasan kita dalam menuntut ilmu, wabil khusus tentang urusan yang agak khusus ini.
1. Pendapat Haramnya Ucapan Selamat Natal Bagi Muslim
Haramnya umat Islam mengucapkan Selamat Natal itu terutama dimotori oleh fatwa para ulama di Saudi Arabia, yaitu fatwa Al-'Allamah Syeikh Al-Utsaimin. Beliau dalam fatwanya menukil pendapat Imam Ibnul Qayyim
1. 1. Fatwa Syeikh Al-'Utsaimin
Sebagaimana terdapat dalam kitab Majma’ Fatawa Fadlilah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, (Jilid.III, h.44-46, No.403), disebutkan bahwa:
Memberi selamat kepada mereka hukumnya haram, sama saja apakah terhadap mereka (orang-orang kafir) yang terlibat bisnis dengan seseorang (muslim) atau tidak. Jadi jika mereka memberi selamat kepada kita dengan ucapan selamat hari raya mereka, kita dilarang menjawabnya, karena itu bukan hari raya kita, dan hari raya mereka tidaklah diridhai Allah.
Hal itu merupakan salah satu yang diada-adakan (bid’ah) di dalam agama mereka, atau hal itu ada syari’atnya tapi telah dihapuskan oleh agama Islam yang Nabi Muhammad SAW telah diutus dengannya untuk semua makhluk.
1. 2. Fatwa Ibnul Qayyim
Dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah beliau berkata, “Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama. Alasannya karena hal itu mengandung persetujuan terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang mereka lakukan.
1. 3. Fatwa MUI?
Sedangkan terkait dengan fatwa MUI (Majlis Ulama Indonesia) tentang haramnya mengucapkan selamat natal, ketika mencari dokumennya ternyata kami kesulitan mendapatkannya. Konon kabarnya fatwa itu dikeluarkan pada tahun 1984, seperti yang ada dalam SMS yang kami terima.
Tetapi setelah dibrowse di situs MUI (www.mui.or. id) maupun di buku Kumpulan Fatwa MUI yang kami miliki, fatwa haram itu tidak kami temukan. Yang kami temukan hanyalah fatwa tentang haramnya melakukan natal bersama.
Sebaliknya, kami malah mendapatkanberita yang agak kontradiktif dengan apa yang dianggap sebagaisikap MuI selama ini. Sekretaris Jenderal MUI, Dr. Dien Syamsudin MA, yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah itu memang pernah menyatakan bahwa MUI tidak melarang ucapan selamat Natal, tapi melarang orang Islam ikut sakramen (ritual) Natal.
"Kalau hanya memberi ucapan selamat tidak dilarang, tapi kalau ikut dalam ibadah memang dilarang, baik orang Islam ikut dalam ritual Natal atau orang Kristen ikut dalam ibadah orang Islam, " katanya.
Bahkan pernah di hadapan ratusan umat Kristiani dalam seminar Wawasan Kebangsaan X BAMAG Jatim di Surabaya, beliau menyampaikan, "Saya tiap tahun memberi ucapan selamat Natal kepada teman-teman Kristiani."
Jadi mohon kepada MUI atau barangkali ada pembaca Eramuslim yang punya salinan fatwa tersebut, tentu kami akan sangat berterima kasih bila berkenan mengirimkannya kepada kami.
2. Pendapat Yang Tidak Mengharamkan
Selain pendapat yang tegas mengharamkan di atas, kita juga menemukan fatwa sebagian dari ulama yang cenderung tidak mengharamkan ucapan tahni'ah kepada umat nasrani.
Yang menarik, ternyata yang bersikap seperti ini bukan hanya dari kalangan liberalis atau sekuleris, melainkan dari tokoh sekaliber Dr. Yusuf Al-Qaradawi. Tentunya sikap beliau itu bukan berarti harus selalu kita ikuti.
2. 1. Fatwa Dr. Yusuf Al-Qaradawi
Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi mengatakan bahwa merayakan hari raya agama adalah hak masing-masing agama. Selama tidak merugikan agama lain. Dan termasuk hak tiap agama untuk memberikan tahni'ah saat perayaan agama lainnya.
Maka kami sebagai pemeluk Islam, agama kami tidak melarang kami untuk untuk memberikan tahni'ah kepada non muslim warga negara kami atau tetangga kami dalam hari besar agama mereka. Bahkan perbuatan ini termasuk ke dalam kategori al-birr (perbuatan yang baik). Sebagaimana firman Allah SWT:
لا ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم في الدين ولم يخرجوكم من دياركم أن تبروهم وتقسطوا إليهم إن الله يحب المقسطين
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Kebolehan memberikan tahni'ah ini terutama bila pemeluk agama lain itu juga telah memberikan tahni'ah kepada kami dalam perayaan hari raya kami.
وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(QS. An-Nisa': 86)
Namun Syeikh Yusuf Al-Qaradawi secara tegas mengatakan bahwa tidak halal bagi seorang muslim untuk ikut dalam ritual dan perayaan agama yang khusus milik agama lain.
2.2. Fatwa Dr. Mustafa Ahmad Zarqa'
Di dalam bank fatwa situs http://www.islamonl ine.net/ Dr. Mustafa Ahmad Zarqa', menyatakan bahwa tidak ada dalil yang secara tegas melarang seorang muslim mengucapkan tahniah kepada orang kafir.
Beliau mengutip hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Penghormatan dengan berdiri ini tidak ada kaitannya dengan pengakuan atas kebenaran agama yang diajut jenazah tersebut.
Sehingga menurut beliau, ucapan tahni'ah kepada saudara-saudara pemeluk kristiani yang sedang merayakan hari besar mereka, tidak terkait dengan pengakuan atas kebenaran keyakinan mereka, melainkan hanya bagian dari mujamalah (basa-basi) dan muhasanah seorang muslim kepada teman dan koleganya yang kebetulan berbeda agama.
Dan beliau juga memfatwakan bahwa karena ucapan tahni'ah ini dibolehkan, maka pekerjaan yang terkait dengan hal itu seperti membuat kartu ucapan selamat natal pun hukumnya ikut dengan hukum ucapan natalnya.
Namun beliau menyatakan bahwa ucapan tahni'ah ini harus dibedakan dengan ikut merayakan hari besar secara langsung, seperti dengan menghadiri perayaan-perayaan natal yang digelar di berbagai tempat. Menghadiri perayatan natal dan upacara agama lain hukumnya haram dan termasuk perbuatan mungkar.
2.3 Majelis Fatwa dan Riset Eropa
Majelis Fatwa dan Riset Eropajuga berpendapat yang sama dengan fatwa Dr. Ahmad Zarqa' dalam hal kebolehan mengucapkan tahni'ah, karena tidak adanya dalil langsung yang mengharamkannya.
3. Pendapat Pertengahan
Di luar dari perbedaan pendapat dari dua 'kubu' di atas, kita juga menemukan fatwa yang agak dipertengahan, tidak mengharamkan secara mutlak tapi juga tidak membolehkan secara mutlak juga. Sehingga yang dilakukan adalah memilah-milah antara ucapa yang benar-benar haram dan ucapan yang masih bisa ditolelir.
Salah satunya adalah fatwa Dr. Abdussattar Fathullah Said, beliau adalah profesor di bidang Ilmu Tafsir dan Ulumul-Quran di Universitas Al-Azhar Mesir. Dalam masalah tahni'ah ini beliau agak berhati-hati dan memilahnya menjadi dua. Ada tahni'ah yang halal dan ada yang haram.
3.1. Tahni'ah yang halal adalah tahni'ah kepada orang kafir tanpa kandungan hal-hal yang bertentangan dengan syariah. Hukumnya halal menurut beliau. Bahkan termasuk ke dalam bab husnul akhlaq yang diperintahkan kepada umat Islam.
Contohnya ucapan, "Semoga tuhan memberi petunjuk dan hidayah-Nya kepada Anda di hari ini." Beliau cenderung membolehkan ucapan seperti ini.
3.2. Tahni'ah yang haram adalah tahni'ah kepada orang kafir yang mengandung unsur bertentangan dengan masalah diniyah, hukumnya haram. Misalnya ucapan tahniah itu berbunyi, "Semoga Tuhan memberkati diri anda sekeluarga."
Beliau membolehkan memberi hadiah kepada non muslim, asalkan hadiah yang halal, bukan khamar, gambar maksiat atau apapun yang diharamkan Allah.
Kesimpulan:
Sebagai awam, ketika melihat para ulama berbeda pandangan, tentu kita harus arif dan bijaksana. Kita tetap wajib menghormati perbedaan pendapat itu, baik kepada pihak yang fatwanya sesuai dengan pendapat kita, atau pun kepada yang berbeda dengan selera kita.
Karena para ulama tidak berbeda pendapat kecuali karena memang tidak didapat dalil yang bersifat sharih dan qath'i. Seandainya ada ayat atau hadits shahih yang secara tegas menyebutkan: 'Alaikum bi tahni'atinnashara wal kuffar', tentu semua ulama akan sepakat.
Namun selama semua itu merupakan ijtihad dan penafsiran dari nash yang bersifat mujmal, maka seandainya benar ijtihad itu, mujtahidnya akan mendapat 2 pahala. Dan seandainya salah, maka hanya dapat 1 pahala.
Semoga kita tidak terjebak dengan suasana su'udzdzhan, semangat saling menyalahkan dengan sesama umat Islam dan membuat kemesraan yang sudah terbentuk menjadi sirna. Amin ya rabbal 'alamin
Wednesday, October 29
Saturday, October 25
Destinasi Us Sani Akhir Oktober 08
Mesy Penyelarasan Sulit
24-26 Oktober 2008
di PKG Lenga Johor
Mesyuarat Penyelarasan Pep KKQ BPI KPM
28-30 Oktober 2008
di Sanctuary Resort Cherating Pahang
Majlis Garaduasi SMKA Maahad Muar
1 November 2008
Dewan Dato Onn MRSM Muar
24-26 Oktober 2008
di PKG Lenga Johor
Mesyuarat Penyelarasan Pep KKQ BPI KPM
28-30 Oktober 2008
di Sanctuary Resort Cherating Pahang
Majlis Garaduasi SMKA Maahad Muar
1 November 2008
Dewan Dato Onn MRSM Muar
kategori
Destinasi Us Sani
IKHTILAT’
Hukum dan Dalil
Permasalahan ‘ikhtilat’ kalangan lelaki dan perempuan sering menjadi topik hangat dalam perbualan harian kita. Ada yang mengatakan ‘ikhtilat’ dibolehkan, dan sebahagian yang lain pula mengatakan tidak boleh. Ini kerana tidak ramai di kalangan umat Islam yang betul-betul memahami apa itu ‘ikhtilat’ dari segi hukum dan syariat, adakah ianya dibenarkan atau tidak.
Tulisan ini akan cuba mengupas serba sedikit tentang permasalahan ‘ikhtilat’ dari segi takrif, hukum-hakam dan dalil-dalil yang berkaitan ‘ikhtilat’ serta beberapa jenis ‘ikhtilat’ yang dibenarkan di dalam Islam.
TAKRIF
‘Ikhtilat’ berasal dari kalimah arab . Dari segi bahasa, ia bermaksud percampuran unta dan manusia serta binatang ternakan.
Adapun dari segi istilah pula, ia bererti percampuran atau pergaulan wanita bersama lelaki pada suatu tempat yang pada kebiasaannya akan membawa kepada saling berjumpa, melihat, dan berinteraksi sesama mereka.
Melalui takrif tadi, timbul persoalan, adakah ‘ikhtilat’ ini dibolehkan oleh Islam atau tidak?
Terdapat 2 pendapat kalangan para Ulama di dalam permasalahan ‘ikhtilat’ antara lelaki dan wanita.
1. Pendapat pertama mengatakan ianya termasuk di dalam perkara yang dilarang .
2. Manakala pendapat kedua mengatakan ianya termasuk di dalam perkara yang diharuskan.
1) DALIL-DALIL LARANGAN IKHTILAT
Dalil Pertama
Larangan terhadap wanita yang bermusafir seorang diri dengan tanpa ditemani oleh mahramnya dan larangan berdua-duaan antara lelaki dan perempuan.
Maksud dari sabda nabi:
Tidak boleh seseorang wanita itu bermusafir melainkan ia ditemani oleh mahramnya, dan tidak boleh seseorang lelaki berdua-duaan bersama perempuan kecuali perempuan tadi ditemani oleh mahramnya.
Maksud dari sabda nabi:
Tidak boleh seseorang lelaki berkhalwat (berdua-duaan) bersama seorang perempuan kecuali perempuan tadi ditemani oleh mahramnya.
Dalil Kedua
Wanita tidak diwajibkan keluar menyertai jihad.
Dari Aisyah RA katanya: “Aku telah meminta izin daripada Rasulullah untuk berjihad, lalu Nabi menjawab: “Jihad kamu (kaum wanita) adalah menunaikan haji”.
Dalil Ketiga
Wanita tidak diwajibkan menghadiri solat jamaah di masjid seperti yang telah disepakati oleh para ulama Fekah.
Ulama berselisih pendapat pada hukum penyertaan wanita di dalam solat jemaah di masjid:
1. Sebahagian ulama berpendapat bahawa makruh ke atas wanita-wanita muda untuk hadir solat berjemaah di masjid.
2. Sebahagian lagi mengatakan ianya adalah harus ke atas wanita-wanita yang sudah berumur (tua).
Namun, pendapat yang paling kuat adalah kaum wanita diharuskan menunaikan solat berjemaah di masjid dengan keizinan dari suami atau walinya dengan syarat:
· Tidak boleh memakai bau-bauan wangi.
· Tidak berlaku percampuran (ikhtilat) antara wanita dan lelaki ketika menuju ke masjid.
Bagi mengelakkan berlakunya ‘ikhtilat’ ketika menunaikan solat, kaum wanita diwajibkan bersembahyang di belakang kaum lelaki.
Sabda Rasulullah SAW:
Maksudnya:
Janganlah kamu menghalang wanita kamu untuk hadir ke masjid, namun rumah-rumah mereka lebih baik untuk mereka.
Dalil Keempat
Beberapa hukum-hakam yang dikhususkan untuk kaum wanita
Islam telah mengkhususkan beberapa hukum-hakam untuk kaum wanita ketika menunaikan ibadat haji bagi mengelakkan berlakunya ‘ikhtilat’ antara lelaki dan wanita. Di antaranya, mereka tidak digalakkan menghampiri Ka’abah sewaktu kaum lelaki sedang melakukan tawaf supaya tidak berlakunya ‘ikhtilat’. Selain itu, kaum wanita juga diberi rukhsah (keringanan) untuk melontar jamrah pada Hari Nahar (hari penyembelihan) sebelum terbit fajar bagi mengelakkan kesibukan dan ‘ikhtilat’ bersama lelaki.
Dalil Kelima
Larangan wanita berjalan bersama kaum lelaki di satu jalan yang boleh menyebabkan percampuran (ikhtilat).
Di sana terdapat hadis Rasulullah SAW yang menerangkan bahawa baginda telah melihat percampuran di antara lelaki dan wanita di jalanan, lantas baginda SAW menyuruh para wanita supaya berjalan di tepi jalan bagi mengelakkan berlakunya ‘ikhtilat’ di antara mereka.
Dalil-dalil di atas jelas menunjukkan tentang larangan ‘ikhtilat’ antara lelaki dan wanita, lebih-lebih lagi ‘ikhtilat’ yang boleh menimbulkan fitnah.
2) ‘IKHTILAT’ YANG DIBOLEHKAN
Di sana terdapat beberapa jenis ‘ikhtilat’ antara lelaki dan wanita yang dibenarkan oleh Islam, terutamanya yang jika ianya berkaitan dengan tuntutan Syara`, keperluan atau yang seumpama dengannya.
‘Ikhtilat’ yang berkaitan dengan muamalah
‘Ikhtilat’ yang berkaitan dengan muamalah yang dibenarkan oleh Syara` seperti urusan jual beli, urusan penghakiman, atau keadaan-keadaan yang memerlukan seseorang wanita itu menjadi saksi dalam sesuatu permasalahan seperti masalah berkaitan harta atau perkara yang berkaitan dengan urusan wanita walaupun pada kebiasaannya urusan-urusan tersebut akan membawa kepada ‘ikhtilat’.
Firman Allah maksudnya:
Persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu. Jika tiada dua orang lelaki, maka seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi- saksi yang kamu redhai.
‘Ikhtilat’ yang berlaku sewaktu menjadi saksi
Seseorang wanita boleh menjadi saksi di dalam kes-kes tertentu yang walaupun berlakunya percampuran sewaktu proses penyaksian sedang berjalan. Dan ayat di atas jelas menunjukkan bahawa harus bagi kaum wanita menjadi saksi dalam sesuatu kes.
‘Ikhtilat’ bertujuan melayani tetamu
Harus bagi seorang wanita melayani tetamunya dengan syarat ia mestilah ditemani oleh suami atau mahramnya. Ini kerana, kewujudan suami atau mahramnya untuk mengelakkan berlakunya ‘khalwah’ (bersunyi-sunyian) antara seseorang wanita dan tetamunya. Begitu juga, harus bagi seseorang wanita untuk makan bersama tetamunya dengan kehadiran suami atau mahramnya bagi menjaga hak-hak tetamu.
‘Ikhtilat’ sewaktu peperangan jihad fisabilillah
Para wanita di zaman Rasulullah SAW dan zaman para sahabat turut serta bersama- sama kaum lelaki pergi berjihad di medan peperangan. Mereka membantu para pejuang seperti memberi minum, merawat kecederaan serta meniupkan semangat jihad kepada para lelaki untuk terus berjuang. Begitu juga diharuskan juga ‘ikhtilat’ antara lelaki dan wanita dalam satu perhimpunan mendengar tazkirah serta peringatan yang berkaitan dengan agama.
‘Ikhtilat’ di dalam kenderaan awam
Adapun wanita terdedah kepada ‘ikhtilat’ sewaktu menaiki kenderaan awam untuk menyelesaikan sesuatu urusan seperti menziarahi ibu-bapa, sahabat- handai, pesakit, atau membeli keperluan harian, maka ‘ikhtilat’ seperti ini adalah dibenarkan di dalam syarak.
Perlu diingatkan bahawa bentuk-bentuk keizinan ‘ikhtilat’ yang telah disebutkan tadi tidak bermakna wanita boleh bebas bercampur gaul dengan kaum lelaki. Ini kerana hukum asal ikhtilat itu sendiri sudah jelas. Oleh para wanita wajib menjaga segala adab-adab dan hukum syara` yang berkaitan dengannya. Para wanita juga perlu ditemani suami atau mahramnya ketika menjalankan urusannya.
Hukum-hukum di atas juga merangkumi hubungan dan pergaulan seseorang wanita dengan kaum kerabat yang bukan mahram seperti sepupu, ipar duai dan seumpamanya. Ramai wanita memandang enteng perkara ini. Contohnya membuka aurat di hadapan sepupu serta tidak menjaga adab-adab wanita Islam dengan berhujah bahawa mereka adalah kaum kerabat dan hubungan kekeluargaan yang amat rapat.
KONKLUSI
Berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan, jelaslah kepada kita bahawa pergaulan atau ‘ikhtilat’ di antara lelaki dan wanita tanpa sebab-sebab munasabah yang dibenarkan adalah dilarang sama sekali dan membawa kepada dosa.
Maka sewajarnya ke atas kaum Hawa menjaga batas-batas pergaulan hariannya dengan kaum Adam. Ini kerana ‘ikhtilat’ yang melanggar batas-batas syariat akan menyebabkan fitnah serta kerosakan hati dan akhlak di dalam kalangan masyarakat Islam. Seterusnya ia boleh menjatuhkan martabat wanita itu sendiri.
Permasalahan ‘ikhtilat’ kalangan lelaki dan perempuan sering menjadi topik hangat dalam perbualan harian kita. Ada yang mengatakan ‘ikhtilat’ dibolehkan, dan sebahagian yang lain pula mengatakan tidak boleh. Ini kerana tidak ramai di kalangan umat Islam yang betul-betul memahami apa itu ‘ikhtilat’ dari segi hukum dan syariat, adakah ianya dibenarkan atau tidak.
Tulisan ini akan cuba mengupas serba sedikit tentang permasalahan ‘ikhtilat’ dari segi takrif, hukum-hakam dan dalil-dalil yang berkaitan ‘ikhtilat’ serta beberapa jenis ‘ikhtilat’ yang dibenarkan di dalam Islam.
TAKRIF
‘Ikhtilat’ berasal dari kalimah arab . Dari segi bahasa, ia bermaksud percampuran unta dan manusia serta binatang ternakan.
Adapun dari segi istilah pula, ia bererti percampuran atau pergaulan wanita bersama lelaki pada suatu tempat yang pada kebiasaannya akan membawa kepada saling berjumpa, melihat, dan berinteraksi sesama mereka.
Melalui takrif tadi, timbul persoalan, adakah ‘ikhtilat’ ini dibolehkan oleh Islam atau tidak?
Terdapat 2 pendapat kalangan para Ulama di dalam permasalahan ‘ikhtilat’ antara lelaki dan wanita.
1. Pendapat pertama mengatakan ianya termasuk di dalam perkara yang dilarang .
2. Manakala pendapat kedua mengatakan ianya termasuk di dalam perkara yang diharuskan.
1) DALIL-DALIL LARANGAN IKHTILAT
Dalil Pertama
Larangan terhadap wanita yang bermusafir seorang diri dengan tanpa ditemani oleh mahramnya dan larangan berdua-duaan antara lelaki dan perempuan.
Maksud dari sabda nabi:
Tidak boleh seseorang wanita itu bermusafir melainkan ia ditemani oleh mahramnya, dan tidak boleh seseorang lelaki berdua-duaan bersama perempuan kecuali perempuan tadi ditemani oleh mahramnya.
Maksud dari sabda nabi:
Tidak boleh seseorang lelaki berkhalwat (berdua-duaan) bersama seorang perempuan kecuali perempuan tadi ditemani oleh mahramnya.
Dalil Kedua
Wanita tidak diwajibkan keluar menyertai jihad.
Dari Aisyah RA katanya: “Aku telah meminta izin daripada Rasulullah untuk berjihad, lalu Nabi menjawab: “Jihad kamu (kaum wanita) adalah menunaikan haji”.
Dalil Ketiga
Wanita tidak diwajibkan menghadiri solat jamaah di masjid seperti yang telah disepakati oleh para ulama Fekah.
Ulama berselisih pendapat pada hukum penyertaan wanita di dalam solat jemaah di masjid:
1. Sebahagian ulama berpendapat bahawa makruh ke atas wanita-wanita muda untuk hadir solat berjemaah di masjid.
2. Sebahagian lagi mengatakan ianya adalah harus ke atas wanita-wanita yang sudah berumur (tua).
Namun, pendapat yang paling kuat adalah kaum wanita diharuskan menunaikan solat berjemaah di masjid dengan keizinan dari suami atau walinya dengan syarat:
· Tidak boleh memakai bau-bauan wangi.
· Tidak berlaku percampuran (ikhtilat) antara wanita dan lelaki ketika menuju ke masjid.
Bagi mengelakkan berlakunya ‘ikhtilat’ ketika menunaikan solat, kaum wanita diwajibkan bersembahyang di belakang kaum lelaki.
Sabda Rasulullah SAW:
Maksudnya:
Janganlah kamu menghalang wanita kamu untuk hadir ke masjid, namun rumah-rumah mereka lebih baik untuk mereka.
Dalil Keempat
Beberapa hukum-hakam yang dikhususkan untuk kaum wanita
Islam telah mengkhususkan beberapa hukum-hakam untuk kaum wanita ketika menunaikan ibadat haji bagi mengelakkan berlakunya ‘ikhtilat’ antara lelaki dan wanita. Di antaranya, mereka tidak digalakkan menghampiri Ka’abah sewaktu kaum lelaki sedang melakukan tawaf supaya tidak berlakunya ‘ikhtilat’. Selain itu, kaum wanita juga diberi rukhsah (keringanan) untuk melontar jamrah pada Hari Nahar (hari penyembelihan) sebelum terbit fajar bagi mengelakkan kesibukan dan ‘ikhtilat’ bersama lelaki.
Dalil Kelima
Larangan wanita berjalan bersama kaum lelaki di satu jalan yang boleh menyebabkan percampuran (ikhtilat).
Di sana terdapat hadis Rasulullah SAW yang menerangkan bahawa baginda telah melihat percampuran di antara lelaki dan wanita di jalanan, lantas baginda SAW menyuruh para wanita supaya berjalan di tepi jalan bagi mengelakkan berlakunya ‘ikhtilat’ di antara mereka.
Dalil-dalil di atas jelas menunjukkan tentang larangan ‘ikhtilat’ antara lelaki dan wanita, lebih-lebih lagi ‘ikhtilat’ yang boleh menimbulkan fitnah.
2) ‘IKHTILAT’ YANG DIBOLEHKAN
Di sana terdapat beberapa jenis ‘ikhtilat’ antara lelaki dan wanita yang dibenarkan oleh Islam, terutamanya yang jika ianya berkaitan dengan tuntutan Syara`, keperluan atau yang seumpama dengannya.
‘Ikhtilat’ yang berkaitan dengan muamalah
‘Ikhtilat’ yang berkaitan dengan muamalah yang dibenarkan oleh Syara` seperti urusan jual beli, urusan penghakiman, atau keadaan-keadaan yang memerlukan seseorang wanita itu menjadi saksi dalam sesuatu permasalahan seperti masalah berkaitan harta atau perkara yang berkaitan dengan urusan wanita walaupun pada kebiasaannya urusan-urusan tersebut akan membawa kepada ‘ikhtilat’.
Firman Allah maksudnya:
Persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu. Jika tiada dua orang lelaki, maka seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi- saksi yang kamu redhai.
‘Ikhtilat’ yang berlaku sewaktu menjadi saksi
Seseorang wanita boleh menjadi saksi di dalam kes-kes tertentu yang walaupun berlakunya percampuran sewaktu proses penyaksian sedang berjalan. Dan ayat di atas jelas menunjukkan bahawa harus bagi kaum wanita menjadi saksi dalam sesuatu kes.
‘Ikhtilat’ bertujuan melayani tetamu
Harus bagi seorang wanita melayani tetamunya dengan syarat ia mestilah ditemani oleh suami atau mahramnya. Ini kerana, kewujudan suami atau mahramnya untuk mengelakkan berlakunya ‘khalwah’ (bersunyi-sunyian) antara seseorang wanita dan tetamunya. Begitu juga, harus bagi seseorang wanita untuk makan bersama tetamunya dengan kehadiran suami atau mahramnya bagi menjaga hak-hak tetamu.
‘Ikhtilat’ sewaktu peperangan jihad fisabilillah
Para wanita di zaman Rasulullah SAW dan zaman para sahabat turut serta bersama- sama kaum lelaki pergi berjihad di medan peperangan. Mereka membantu para pejuang seperti memberi minum, merawat kecederaan serta meniupkan semangat jihad kepada para lelaki untuk terus berjuang. Begitu juga diharuskan juga ‘ikhtilat’ antara lelaki dan wanita dalam satu perhimpunan mendengar tazkirah serta peringatan yang berkaitan dengan agama.
‘Ikhtilat’ di dalam kenderaan awam
Adapun wanita terdedah kepada ‘ikhtilat’ sewaktu menaiki kenderaan awam untuk menyelesaikan sesuatu urusan seperti menziarahi ibu-bapa, sahabat- handai, pesakit, atau membeli keperluan harian, maka ‘ikhtilat’ seperti ini adalah dibenarkan di dalam syarak.
Perlu diingatkan bahawa bentuk-bentuk keizinan ‘ikhtilat’ yang telah disebutkan tadi tidak bermakna wanita boleh bebas bercampur gaul dengan kaum lelaki. Ini kerana hukum asal ikhtilat itu sendiri sudah jelas. Oleh para wanita wajib menjaga segala adab-adab dan hukum syara` yang berkaitan dengannya. Para wanita juga perlu ditemani suami atau mahramnya ketika menjalankan urusannya.
Hukum-hukum di atas juga merangkumi hubungan dan pergaulan seseorang wanita dengan kaum kerabat yang bukan mahram seperti sepupu, ipar duai dan seumpamanya. Ramai wanita memandang enteng perkara ini. Contohnya membuka aurat di hadapan sepupu serta tidak menjaga adab-adab wanita Islam dengan berhujah bahawa mereka adalah kaum kerabat dan hubungan kekeluargaan yang amat rapat.
KONKLUSI
Berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan, jelaslah kepada kita bahawa pergaulan atau ‘ikhtilat’ di antara lelaki dan wanita tanpa sebab-sebab munasabah yang dibenarkan adalah dilarang sama sekali dan membawa kepada dosa.
Maka sewajarnya ke atas kaum Hawa menjaga batas-batas pergaulan hariannya dengan kaum Adam. Ini kerana ‘ikhtilat’ yang melanggar batas-batas syariat akan menyebabkan fitnah serta kerosakan hati dan akhlak di dalam kalangan masyarakat Islam. Seterusnya ia boleh menjatuhkan martabat wanita itu sendiri.
kategori
tazkirah_sunny
Qadha Puasa dan Fidyah Untuk Si Mati & Solat Atas Kapal Terbang
Soalan; ustaz, saya ada terbaca satu artikel yang menyatakan kita boleh menqadakan puasa ahli keluarga kita yang telah meninggal. Soalan saya ialah :-
1. Bolehkan kita menqada puasa untuk ahli keluarga yang telah meninggal?
2. Saya tidak pasti selama berapa hari arwah meninggalkan puasa ketika masih hidup dan sejak bila dia tidak berpuasa. Bagaimankah harus saya menqadakan puasa tersebut untuk arwah?
3. Saya telah meninggalkan puasa kerana datang haid dan saya ingin menqada puasa yang telah saya tinggalkan. Bolehkan saya berniat qada untuk diri saya dan niat qada untuk arwah secara serentak " Sahaja aku qada ramadhan untuk diri ku serta arwah datukku, fardhu atas aku kerana Allah Ta'ala"
4. Bagaimana pula dengan fidyah bagi orang yang telah meninngal? Bolehkan fidyah puasa saya dibayar serentak dengan fidyah arwah? Jika fidyah yang harus saya bayar ialah 1330 cupak beras untuk diri saya dan katakanlah fidyah arwah ialah 100 cupak beras untuk dirinya, bolehkan saya membayar serentak?
5. Adakah harus saya berniat untuk membayar fidyah? Jika ya, apakah niatnya?
Saya amat berharap agar ustaz dapat menjelaskan kemusykilan agar saya menjalankan ibadat ini tanpa syak.
Terima kasih.
Jawapan;
1. Harus mengqadha puasa bagi pihak si mati kerana Rasulullah s.a.w. bersabda; “Sesiapa mati dan tertanggung atas dirinya qadha puasa, maka walinya (ahli keluarganya) hendaklah berpuasa untuknya” (Riwayat Imam Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Daud dari Aisyah r.a.).
2. Jika tidak pasti secara tepat bilangan hari yang ditinggalkan, berpuasalah dalam jumlah hari yang sekira-kira diyakini telah menampung atau melebihi jumlah hari yang ditinggalkan itu. Keputusan yang dibuat berdasarkan dzan yang ghalib (yakni sangkaan yang kuat) adalah diterima di dalam Islam bagi aspek amali atau fiqh sekalipun tidak sama seperti yang dibuat berdasarkan yang yakin/pasti.
3. Dua ibadah yang mempunyai maksud dan tuntutan yang berbeza tidak harus disatukan di dalam satu perbuatan atau satu ibadah sahaja. Kerana itu dua puasa qadha tidak harus dilakukan bersekali, sebaliknya hendaklah diasingkan. Jadi, jika saudara ingin berpuasa untuk ahli keluarga yang meninggal, hendaklah saudara asingkan dari puasa qadha untuk saudara. Namun demikian, dari sudut pahala, ibadah yang dilakukan oleh seorang anak pahalanya akan diperolehi oleh bapa yang telah meninggal sekalipun si anak tidak meniatkannya untuk bapa.
4. Kedudukan fidyah juga sama seperti di atas.
5. Semua ibadah tidak sah melainkan dengan niat kerana Rasulullah s.a.w. bersabda dalam hadis yang masyhur; “Sesungguhnya segala amalan dengan niat” (HR Bukhari dan Muslim). Maka mengeluarkan fidyah juga wajib disertai dengan niat. Niat tempatnya ialah di dalam hati, yakni yang wajib ialah meniatkan di dalam hati bahawa beras (atau wang) yang dikeluarkan itu adalah fidyah (bagi si mati atau bagi diri sendiri). Adapun melafazkan dengan lidah, tidaklah wajib. Ia sunat sahaja menurut mazhab Syafi’ie dan kebanyakan ulamak berpendapat; tidak perlu lafaz lidah.
SOLAT DI ATAS KAPAL TERBANG
Soalan; ustaz, apakah perbezaan solat dalam kenderaan dan solat hormat waktu. Saya sering keluar negara dengan menaiki kapalterbang dan saya bersolat ketika saya yakin waktu solat telah masuk dengan cara duduk di atas tempat duduk penumpang (mengikut arah perjalanan kapal terbang). Selalunya saya buat secara jamak & qasar. Saya berpendapat yang saya dalam keuzuran dan tidak mampu melakukan solat secara sempurna. Tetapi saya terbaca dalam satu artikel bahawa sembahyang seperti itu cuma dikira sebagai solat menghormati waktu yang mana solat itu perlu dilakukan semula setelah perjalanan selesai. Jika demikian adakah saya perlu saya meng'qada' semua solat itu semua?Sekian, terima kasih.
Jawapan;
Orang berada di atas kapal laut, kapal terbang, keretapi dan sebagainya, jika ia dapat turun atau berhenti, wajiblah ia turun atau berhenti untuk menunaikan solat. Jika tidak, hendaklah ia menunaikan solat di atas kenderaan-kenderaan itu jika dibimbangi akan habis waktu jika ditunggu hingga sampai ke destinasi. Semasa mengerjakan solat itu, jika ia dapat/mampu berdiri wajiblah ia berdiri. Jika tidak mampu –kerana takut terjatuh, tenggelam, loya, tiada ruang untuk berdiri atau sebagainya, harus ia melakukannya sambil duduk. Bagi kiblat pula, jika ia dapat mengadap ke arah kiblat, wajiblah ia mengadap ke arahnya. Jika di tengah solat, kapal/kenderaan beralih dari arah kiblat, dimaafkan. Jika ia tidak mampu mengadap ke arah kiblat, hendaklah ia mengadap ke arah mana yang boleh. Begitu juga dengan rukun-rukun yang lain, hendaklah dilakukan mengikut kemampuan. Di dalam kaedah fiqh ada ditegaskan al-Masyaqqah tajlibu at-Taisir (kepayahan akan mendapat kemudahan), yakni orang yang dalam kepayahan diberi kemudahan atau kelonggaran oleh Syarak. Dalil bagi kelonggaran tersebut ialah beberapa hadis Nabi s.a.w., antaranya;
1. Sabda Nabi s.a.w.; “Hendaklah kamu tunaikan solat dengan berdiri. Jika tidak mampu, tunaikan dengan duduk. Jika tidak mampu, tunaikan dengan mengiring di atas rusuk. Jika tidak mampu, tunaikan dengan isyarat” (HR Imam al-Bukhari dari ‘Imran bin Hushain r.a.)
2. Ibnu ‘Umar r.a. menceritakan; Rasulullah s.a.w. pernah ditanya oleh seorang lelaki; “Bagaimana hendak saya tunaikan solat di dalam perahu/kapal laut?”. Baginda menjawab; “Tunaikan dengan berdiri kecuali jika kamu bimbang akan tenggelam” (HR Imam ad-Daruqutni dan al-Hakim. Menurut al-Baihaqi; hadis ini hasan. Lihat; Faidhul-Qadier, hadis no. 5009).
Adakah solat yang dilakukan dengan rukhsah (yakni dengan mengambil kemudahan dan kelongaran) tadi perlu diulangi semula? Jawapannya; tidak perlu. Ibadah yang wajib, jika telah dilaksanakan mengikut yang termampu dilakukan (walaupun dengan meninggalkan sebahagian syarat atau rukunnya kerana tidak berupaya dilakukan, bukan kerana sengaja untuk bermain-main atau mempermudah- mudahkan agama), sahlah ibadah itu dan tidak perlu lagi diulangi. Inilah pandangan Imam al-Muzani (seorang murid terkenal Imam Syafi’ie)[1] dan di sokong oleh Imam an-Nawawi kerana menurut beliau; pandangan ini paling kuat dari sudut dalilnya kerana Allah berfirman; “Maka bertaqwalah kamu kepada Allah sedaya supaya kamu” (at-Taghabun; 16). Dan Nabi s.a.w. pula bersabda; “Apabila aku perintahkan kamu dengan suatu urusan, maka lakukanlah mengikut yang termampu oleh kamu” (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a.).
Jadi berdasarkan pandangan Imam al-Muzani di atas, tidak ada yang dikatakan solat hormat waktu (yakni solat yang dilakukan semata-mata untuk menghormati waktu solat, bukan untuk menggugurkan tuntutan solat) kerana solat yang dilakukan dengan rukhsah itu telahpun sah dan dikira oleh Syarak kerana ia dilakukan mengikut kadar kemampuan yang ada.
Wallahu a’lam.
Rujukan;
1. Syarah Soheh Muslim, Imam an-Nawawi, jil. 4, Kitab al-Haidh, bab at-Tayammum.
2. Fiqh al-‘Ibadat, Syeikh Hasan Ayyub, hlm. 322.
Nota kaki;
[1] Khusus mengenai solat fardhu, Imam al-Muzani berkata; “setiap solat yang wajib dilaksanakan di dalam waktunya sekalipun dilaksanakan dengan terdapat suatu kekurangan, tidak wajib diulangi semula”. (Syarah Soheh Muslim, Imam an-Nawawi, jil. 4, Kitab al-Haidh, bab at-Tayammum) .
1. Bolehkan kita menqada puasa untuk ahli keluarga yang telah meninggal?
2. Saya tidak pasti selama berapa hari arwah meninggalkan puasa ketika masih hidup dan sejak bila dia tidak berpuasa. Bagaimankah harus saya menqadakan puasa tersebut untuk arwah?
3. Saya telah meninggalkan puasa kerana datang haid dan saya ingin menqada puasa yang telah saya tinggalkan. Bolehkan saya berniat qada untuk diri saya dan niat qada untuk arwah secara serentak " Sahaja aku qada ramadhan untuk diri ku serta arwah datukku, fardhu atas aku kerana Allah Ta'ala"
4. Bagaimana pula dengan fidyah bagi orang yang telah meninngal? Bolehkan fidyah puasa saya dibayar serentak dengan fidyah arwah? Jika fidyah yang harus saya bayar ialah 1330 cupak beras untuk diri saya dan katakanlah fidyah arwah ialah 100 cupak beras untuk dirinya, bolehkan saya membayar serentak?
5. Adakah harus saya berniat untuk membayar fidyah? Jika ya, apakah niatnya?
Saya amat berharap agar ustaz dapat menjelaskan kemusykilan agar saya menjalankan ibadat ini tanpa syak.
Terima kasih.
Jawapan;
1. Harus mengqadha puasa bagi pihak si mati kerana Rasulullah s.a.w. bersabda; “Sesiapa mati dan tertanggung atas dirinya qadha puasa, maka walinya (ahli keluarganya) hendaklah berpuasa untuknya” (Riwayat Imam Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Daud dari Aisyah r.a.).
2. Jika tidak pasti secara tepat bilangan hari yang ditinggalkan, berpuasalah dalam jumlah hari yang sekira-kira diyakini telah menampung atau melebihi jumlah hari yang ditinggalkan itu. Keputusan yang dibuat berdasarkan dzan yang ghalib (yakni sangkaan yang kuat) adalah diterima di dalam Islam bagi aspek amali atau fiqh sekalipun tidak sama seperti yang dibuat berdasarkan yang yakin/pasti.
3. Dua ibadah yang mempunyai maksud dan tuntutan yang berbeza tidak harus disatukan di dalam satu perbuatan atau satu ibadah sahaja. Kerana itu dua puasa qadha tidak harus dilakukan bersekali, sebaliknya hendaklah diasingkan. Jadi, jika saudara ingin berpuasa untuk ahli keluarga yang meninggal, hendaklah saudara asingkan dari puasa qadha untuk saudara. Namun demikian, dari sudut pahala, ibadah yang dilakukan oleh seorang anak pahalanya akan diperolehi oleh bapa yang telah meninggal sekalipun si anak tidak meniatkannya untuk bapa.
4. Kedudukan fidyah juga sama seperti di atas.
5. Semua ibadah tidak sah melainkan dengan niat kerana Rasulullah s.a.w. bersabda dalam hadis yang masyhur; “Sesungguhnya segala amalan dengan niat” (HR Bukhari dan Muslim). Maka mengeluarkan fidyah juga wajib disertai dengan niat. Niat tempatnya ialah di dalam hati, yakni yang wajib ialah meniatkan di dalam hati bahawa beras (atau wang) yang dikeluarkan itu adalah fidyah (bagi si mati atau bagi diri sendiri). Adapun melafazkan dengan lidah, tidaklah wajib. Ia sunat sahaja menurut mazhab Syafi’ie dan kebanyakan ulamak berpendapat; tidak perlu lafaz lidah.
SOLAT DI ATAS KAPAL TERBANG
Soalan; ustaz, apakah perbezaan solat dalam kenderaan dan solat hormat waktu. Saya sering keluar negara dengan menaiki kapalterbang dan saya bersolat ketika saya yakin waktu solat telah masuk dengan cara duduk di atas tempat duduk penumpang (mengikut arah perjalanan kapal terbang). Selalunya saya buat secara jamak & qasar. Saya berpendapat yang saya dalam keuzuran dan tidak mampu melakukan solat secara sempurna. Tetapi saya terbaca dalam satu artikel bahawa sembahyang seperti itu cuma dikira sebagai solat menghormati waktu yang mana solat itu perlu dilakukan semula setelah perjalanan selesai. Jika demikian adakah saya perlu saya meng'qada' semua solat itu semua?Sekian, terima kasih.
Jawapan;
Orang berada di atas kapal laut, kapal terbang, keretapi dan sebagainya, jika ia dapat turun atau berhenti, wajiblah ia turun atau berhenti untuk menunaikan solat. Jika tidak, hendaklah ia menunaikan solat di atas kenderaan-kenderaan itu jika dibimbangi akan habis waktu jika ditunggu hingga sampai ke destinasi. Semasa mengerjakan solat itu, jika ia dapat/mampu berdiri wajiblah ia berdiri. Jika tidak mampu –kerana takut terjatuh, tenggelam, loya, tiada ruang untuk berdiri atau sebagainya, harus ia melakukannya sambil duduk. Bagi kiblat pula, jika ia dapat mengadap ke arah kiblat, wajiblah ia mengadap ke arahnya. Jika di tengah solat, kapal/kenderaan beralih dari arah kiblat, dimaafkan. Jika ia tidak mampu mengadap ke arah kiblat, hendaklah ia mengadap ke arah mana yang boleh. Begitu juga dengan rukun-rukun yang lain, hendaklah dilakukan mengikut kemampuan. Di dalam kaedah fiqh ada ditegaskan al-Masyaqqah tajlibu at-Taisir (kepayahan akan mendapat kemudahan), yakni orang yang dalam kepayahan diberi kemudahan atau kelonggaran oleh Syarak. Dalil bagi kelonggaran tersebut ialah beberapa hadis Nabi s.a.w., antaranya;
1. Sabda Nabi s.a.w.; “Hendaklah kamu tunaikan solat dengan berdiri. Jika tidak mampu, tunaikan dengan duduk. Jika tidak mampu, tunaikan dengan mengiring di atas rusuk. Jika tidak mampu, tunaikan dengan isyarat” (HR Imam al-Bukhari dari ‘Imran bin Hushain r.a.)
2. Ibnu ‘Umar r.a. menceritakan; Rasulullah s.a.w. pernah ditanya oleh seorang lelaki; “Bagaimana hendak saya tunaikan solat di dalam perahu/kapal laut?”. Baginda menjawab; “Tunaikan dengan berdiri kecuali jika kamu bimbang akan tenggelam” (HR Imam ad-Daruqutni dan al-Hakim. Menurut al-Baihaqi; hadis ini hasan. Lihat; Faidhul-Qadier, hadis no. 5009).
Adakah solat yang dilakukan dengan rukhsah (yakni dengan mengambil kemudahan dan kelongaran) tadi perlu diulangi semula? Jawapannya; tidak perlu. Ibadah yang wajib, jika telah dilaksanakan mengikut yang termampu dilakukan (walaupun dengan meninggalkan sebahagian syarat atau rukunnya kerana tidak berupaya dilakukan, bukan kerana sengaja untuk bermain-main atau mempermudah- mudahkan agama), sahlah ibadah itu dan tidak perlu lagi diulangi. Inilah pandangan Imam al-Muzani (seorang murid terkenal Imam Syafi’ie)[1] dan di sokong oleh Imam an-Nawawi kerana menurut beliau; pandangan ini paling kuat dari sudut dalilnya kerana Allah berfirman; “Maka bertaqwalah kamu kepada Allah sedaya supaya kamu” (at-Taghabun; 16). Dan Nabi s.a.w. pula bersabda; “Apabila aku perintahkan kamu dengan suatu urusan, maka lakukanlah mengikut yang termampu oleh kamu” (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a.).
Jadi berdasarkan pandangan Imam al-Muzani di atas, tidak ada yang dikatakan solat hormat waktu (yakni solat yang dilakukan semata-mata untuk menghormati waktu solat, bukan untuk menggugurkan tuntutan solat) kerana solat yang dilakukan dengan rukhsah itu telahpun sah dan dikira oleh Syarak kerana ia dilakukan mengikut kadar kemampuan yang ada.
Wallahu a’lam.
Rujukan;
1. Syarah Soheh Muslim, Imam an-Nawawi, jil. 4, Kitab al-Haidh, bab at-Tayammum.
2. Fiqh al-‘Ibadat, Syeikh Hasan Ayyub, hlm. 322.
Nota kaki;
[1] Khusus mengenai solat fardhu, Imam al-Muzani berkata; “setiap solat yang wajib dilaksanakan di dalam waktunya sekalipun dilaksanakan dengan terdapat suatu kekurangan, tidak wajib diulangi semula”. (Syarah Soheh Muslim, Imam an-Nawawi, jil. 4, Kitab al-Haidh, bab at-Tayammum) .
kategori
soal jawab agama
Dividen ASB tidak diwajibkan zakat
Bersama: MOHD. FARID RAVI ABDULLAH
SOALAN 1
Saya ada mendapat e-mel mengatakan pelaburan di Amanah Saham Bumiputera (ASB) adalah haram kerana ASB ada membuat pelaburan yang tidak berlandaskan syarak.
Pada mulanya, memang saya kurang percaya, takut ia e-mel palsu, tetapi setelah saya semak dengan e-fatwa di website Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim), ada fatwa yang menyebut tentang pelaburan ASB ini dalam fatwa Hukum Wang Dividen Dan Bonus ASB. Soalan saya:
1. Apakah hukumnya pelaburan saya di dalam ASB tersebut?
2. Sebelum ini, saya ada mengeluarkan zakat simpanan ASB tersebut. Apakah hukum zakat saya itu?
3. Saya hendak berhenti melabur dalam ASB, saya bercadang untuk mengeluarkan jumlah wang yang saya telah simpan sahaja dan melabur di pelaburan lain. Mengenai bonus dan dividen ASB tu, apakah tindakan yang paling sesuai untuk saya ambil? Bolehkah dividen dan bonusnya saya gunakan untuk membayar hutang seperti hutang pinjaman pelajaran? Ataupun, bonus dan dividen itu saya derma atau sedekahkan?
JAWAPAN: Persoalan mengenai ASB mendapat perhatian daripada Jawatan Kuasa Perunding Hukum Syarak Negeri Selangor, justeru keputusannya adalah seperti berikut;
* Ahli Jawatankuasa Perunding Hukum Syarak (Fatwa) membincangkan perkara di atas dengan penuh teliti dan panjang lebar dan mengambil keputusan seperti berikut:
*.i. Zakat Daripada Wang Bonus Dan Dividen ASB
Keputusannya: Wang bonus dan dividen yang diterima daripada hasil pelaburan ASB adalah tidak diwajibkan zakat kerana pelaburan bercanggah dengan hukum syarak.
*.ii. Bolehkah wang digunakan pergi menunaikan Haji ke Tanah Suci Mekah.
Keputusannya: Ahli Jawatankuasa yang hadir bersetuju memberi pandangan bahawa oleh kerana pelaburan ASB pada masa ini, terdapat pelaburan di tempat-tempat yang bercanggah dengan hukum syarak, maka ia tidak diharuskan sehingga pihak ASB membersihkan dan tempat-tempat tersebut.
Maka dapatlah disimpulkan di sini seperti berikut:
Sekiranya sebelum ini kita melabur tanpa mengetahui hukumnya, maka kita dianggap tidak tahu. Namun setelah mengetahui keterlibatan pelaburannya yang tidak syarie, adalah salah dan berdosa untuk terus terlibat dengannya. Seakan-akan kita reda dan bersetuju malah memberi sokongan kepada sesuatu yang tidak dibenarkan syarak.
Zakat simpanan memang perlu dikeluarkan daripada wang simpanan tersebut kerana ia adalah wang kita yang telah mencapai haul dan nisab zakat.
Namun pertambahan yang terhasil daripada simpanan tersebut (dividen, bonus dan lain-lain) tidak perlu dizakat kerana ia terhasil daripada urusniaga yang tidak syarie. Motif zakat adalah menyucikan harta yang halal kerana perkaitannya dengan hak golongan asnaf dan bukan menyucikan harta yang status asalnya memang tidak halal untuk dihalalkan.
Dividen dan bonus yang terhasil masih perlu dikeluarkan supaya ia tidak lagi berkembang (dilupuskan). Melupuskannya melalui pembayaran hutang atau pinjaman pelajaran, bermakna kita masih mengambil manfaat daripada harta yang tidak syarie.
Jadi cara terbaik adalah dengan menyalurkannya kepada pertubuhan awam atau pertubuhan berkaitan khidmat sosial yang memerlukan dana seperti pertubuhan sukarela yang bertindak dalam waktu-waktu kecemasan, bencana alam atau sebagainya (kemaslahatan awam).
Bukan dengan niat sedekah atau amal jariah, sekadar satu bentuk pemberian dan sokongan terhadap khidmat sosial mereka yang menyeluruh kepada segenap lapisan masyarakat tanpa mengira status agama, bangsa dan sebagainya.
SOALAN 2.
Saya mendapati ada fatwa yang menyebut tentang hukum insurans nyawa. Saya mengambil insurans dengan sebuah syarikat insurans tetapi skim berlandaskan Islam (menurut agen insurans saya). Harap ustaz dapat beri penjelasan tentang hukum insurans ini, sebab saya memang keliru.
JAWAPAN: Mengikut keputusan majlis fatwa kebangsaan disebut insurans nyawa sebagaimana yang dikendalikan oleh kebanyakan syarikat insurans yang ada pada hari ini adalah haram dan sebagai suatu muamalah yang fasad kerana akadnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip jual beli dalam Islam;
a. mengandungi gharar (ketidaktentuan)
b. mengandungi unsur judi.
c. mengandungi muamalah riba
Secara puratanya kebanyakan ulama tidak menyetujui konsep insurans nyawa hari ini kerana terdapat unsur perjudian, ketidaktahuan dan ketidaktentuan dalam kontrak tersebut.
Sistem takaful telah dibincangkan secara intensif oleh para ulama mutakhir dalam mencari penyelesaian terhadap produk atau muamalah yang boleh menangani atau mengurangi kesulitan individu apabila berlaku kecelakaan.
Ia diimplimentasi pada hari ini dan sewajarnya menjadi pilihan untuk menghadapi risiko pada masa akan datang. Syarikat-syarikat Takaful yang menawarkan produk ini mendapat sambutan yang memberangsangkan sehingga memaksa institusi lain (insurans konvensional) menerbit dan melancarkan produk takaful mereka walaupun mungkin sebahagiannya tidak mendapat pengiktirafan daripada Badan Penasihat Syariah yang berautoriti.
Oleh kerana itu, setiap pelanggan perlu bertanya secara mendalam tentang maklumat produk khususnya berkaitan sijil pengiktirafan syariah daripada badan yang berautoriti, contohnya Bank Negara Malaysia. Pastikan kita meminta untuk melihat sijil ini kerana sebahagian agen sendiri mungkin agak keliru terhadap sistem insurans nyawa konvensional dengan takaful.
http://www.utusan.com.my/utusan/archive.asp?y=2006&dt=1201&pub=utusan_malaysia&sec=keluarga&pg=ke_05.htm&arc=hive
SOALAN 1
Saya ada mendapat e-mel mengatakan pelaburan di Amanah Saham Bumiputera (ASB) adalah haram kerana ASB ada membuat pelaburan yang tidak berlandaskan syarak.
Pada mulanya, memang saya kurang percaya, takut ia e-mel palsu, tetapi setelah saya semak dengan e-fatwa di website Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim), ada fatwa yang menyebut tentang pelaburan ASB ini dalam fatwa Hukum Wang Dividen Dan Bonus ASB. Soalan saya:
1. Apakah hukumnya pelaburan saya di dalam ASB tersebut?
2. Sebelum ini, saya ada mengeluarkan zakat simpanan ASB tersebut. Apakah hukum zakat saya itu?
3. Saya hendak berhenti melabur dalam ASB, saya bercadang untuk mengeluarkan jumlah wang yang saya telah simpan sahaja dan melabur di pelaburan lain. Mengenai bonus dan dividen ASB tu, apakah tindakan yang paling sesuai untuk saya ambil? Bolehkah dividen dan bonusnya saya gunakan untuk membayar hutang seperti hutang pinjaman pelajaran? Ataupun, bonus dan dividen itu saya derma atau sedekahkan?
JAWAPAN: Persoalan mengenai ASB mendapat perhatian daripada Jawatan Kuasa Perunding Hukum Syarak Negeri Selangor, justeru keputusannya adalah seperti berikut;
* Ahli Jawatankuasa Perunding Hukum Syarak (Fatwa) membincangkan perkara di atas dengan penuh teliti dan panjang lebar dan mengambil keputusan seperti berikut:
*.i. Zakat Daripada Wang Bonus Dan Dividen ASB
Keputusannya: Wang bonus dan dividen yang diterima daripada hasil pelaburan ASB adalah tidak diwajibkan zakat kerana pelaburan bercanggah dengan hukum syarak.
*.ii. Bolehkah wang digunakan pergi menunaikan Haji ke Tanah Suci Mekah.
Keputusannya: Ahli Jawatankuasa yang hadir bersetuju memberi pandangan bahawa oleh kerana pelaburan ASB pada masa ini, terdapat pelaburan di tempat-tempat yang bercanggah dengan hukum syarak, maka ia tidak diharuskan sehingga pihak ASB membersihkan dan tempat-tempat tersebut.
Maka dapatlah disimpulkan di sini seperti berikut:
Sekiranya sebelum ini kita melabur tanpa mengetahui hukumnya, maka kita dianggap tidak tahu. Namun setelah mengetahui keterlibatan pelaburannya yang tidak syarie, adalah salah dan berdosa untuk terus terlibat dengannya. Seakan-akan kita reda dan bersetuju malah memberi sokongan kepada sesuatu yang tidak dibenarkan syarak.
Zakat simpanan memang perlu dikeluarkan daripada wang simpanan tersebut kerana ia adalah wang kita yang telah mencapai haul dan nisab zakat.
Namun pertambahan yang terhasil daripada simpanan tersebut (dividen, bonus dan lain-lain) tidak perlu dizakat kerana ia terhasil daripada urusniaga yang tidak syarie. Motif zakat adalah menyucikan harta yang halal kerana perkaitannya dengan hak golongan asnaf dan bukan menyucikan harta yang status asalnya memang tidak halal untuk dihalalkan.
Dividen dan bonus yang terhasil masih perlu dikeluarkan supaya ia tidak lagi berkembang (dilupuskan). Melupuskannya melalui pembayaran hutang atau pinjaman pelajaran, bermakna kita masih mengambil manfaat daripada harta yang tidak syarie.
Jadi cara terbaik adalah dengan menyalurkannya kepada pertubuhan awam atau pertubuhan berkaitan khidmat sosial yang memerlukan dana seperti pertubuhan sukarela yang bertindak dalam waktu-waktu kecemasan, bencana alam atau sebagainya (kemaslahatan awam).
Bukan dengan niat sedekah atau amal jariah, sekadar satu bentuk pemberian dan sokongan terhadap khidmat sosial mereka yang menyeluruh kepada segenap lapisan masyarakat tanpa mengira status agama, bangsa dan sebagainya.
SOALAN 2.
Saya mendapati ada fatwa yang menyebut tentang hukum insurans nyawa. Saya mengambil insurans dengan sebuah syarikat insurans tetapi skim berlandaskan Islam (menurut agen insurans saya). Harap ustaz dapat beri penjelasan tentang hukum insurans ini, sebab saya memang keliru.
JAWAPAN: Mengikut keputusan majlis fatwa kebangsaan disebut insurans nyawa sebagaimana yang dikendalikan oleh kebanyakan syarikat insurans yang ada pada hari ini adalah haram dan sebagai suatu muamalah yang fasad kerana akadnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip jual beli dalam Islam;
a. mengandungi gharar (ketidaktentuan)
b. mengandungi unsur judi.
c. mengandungi muamalah riba
Secara puratanya kebanyakan ulama tidak menyetujui konsep insurans nyawa hari ini kerana terdapat unsur perjudian, ketidaktahuan dan ketidaktentuan dalam kontrak tersebut.
Sistem takaful telah dibincangkan secara intensif oleh para ulama mutakhir dalam mencari penyelesaian terhadap produk atau muamalah yang boleh menangani atau mengurangi kesulitan individu apabila berlaku kecelakaan.
Ia diimplimentasi pada hari ini dan sewajarnya menjadi pilihan untuk menghadapi risiko pada masa akan datang. Syarikat-syarikat Takaful yang menawarkan produk ini mendapat sambutan yang memberangsangkan sehingga memaksa institusi lain (insurans konvensional) menerbit dan melancarkan produk takaful mereka walaupun mungkin sebahagiannya tidak mendapat pengiktirafan daripada Badan Penasihat Syariah yang berautoriti.
Oleh kerana itu, setiap pelanggan perlu bertanya secara mendalam tentang maklumat produk khususnya berkaitan sijil pengiktirafan syariah daripada badan yang berautoriti, contohnya Bank Negara Malaysia. Pastikan kita meminta untuk melihat sijil ini kerana sebahagian agen sendiri mungkin agak keliru terhadap sistem insurans nyawa konvensional dengan takaful.
http://www.utusan.com.my/utusan/archive.asp?y=2006&dt=1201&pub=utusan_malaysia&sec=keluarga&pg=ke_05.htm&arc=hive
kategori
tazkirah_sunny
Wanita Oh Wanita....
Apabila anda melihat wanita yang cantik menarik, dan kamu terpesona
melihatnya, maka datanglah kepada isterimu, sesungguhnya segala yang
ada pada wanita itu, ada pula pada isterimu.
Sesungguhnya dunia ini adalah alat perhiasan, sebaik-baik perhiasan
di dunia ini adalah wanita yang solehah.
Tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat mengangkat darjat wanita,
selain daripada kesuciannya.
Wanita yang budiman adalah laksana matahari terbit pada waktu fajar
bagi orang yang menunggu kedatangan siang.
Wanita yang berbahagia adalah wanita yang dapat memelihara akalnya
ketika dia kehilangan hatinya
melihatnya, maka datanglah kepada isterimu, sesungguhnya segala yang
ada pada wanita itu, ada pula pada isterimu.
Sesungguhnya dunia ini adalah alat perhiasan, sebaik-baik perhiasan
di dunia ini adalah wanita yang solehah.
Tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat mengangkat darjat wanita,
selain daripada kesuciannya.
Wanita yang budiman adalah laksana matahari terbit pada waktu fajar
bagi orang yang menunggu kedatangan siang.
Wanita yang berbahagia adalah wanita yang dapat memelihara akalnya
ketika dia kehilangan hatinya
kategori
tazkirah_sunny
Friday, October 24
Umat Islam di Belenggu Pelbagai Fitnah
Sesungguhnya fitnah merupakan satu elemen yang cukup bahaya, apatah lagi fitnah terhadap agama yang boleh menjurus kepada hukum membunuh, kerana al-Quran ada menegaskan bahawa fitnah itu lebih dahsyat daripada pembunuhan. (maksud ayat 191 dan 217 surah al-Baqarah).
Baginda Rasulullah s.a.w. pernah menegaskan dalam salah satu hdinya yang bermaksud : �Bersegeralah lakukan amalan-amalan yang baik-baik (jika ia di waktu siang jangan tunggu hingga menjelang malam yang gelap gelita), kerana ia akan menimbulkan fitnah, seperti seorang lelaki di mana pada waktu pagi dia seorang muslim dan apabila menjelang petang atau malam dia menjadi seorang kafir pula, dia menjual agama kerana kepentingan dunia yang terlalu sedikit.� Hadis Sohih riwayat Imam Ahmad, Muslim dan Tirmizi daripada Abu Hurairah.
Apa yang dijelaskan oleh baginda Rasulullah s.a.w. menerusi hadis di atas ialah terdapat orang Islam sendiri yang melakukan fitnah dengan tindakannya terhadap agamanya sendiri semata-mata mengecapi habuan dan janji dunia yang bersifat sementara, sedangkan fitnah yang dilakukannya benar-benar mencabar agama yang dianutinya dan menjadi bahaya kepada pegangan akidah dan kepercayaan kepada Allah SWT selaku Pencipta alam maya ini.
Fitnah yang terjadi itu boleh berlaku kerana orang yang terlibat itu sama ada benar-benar tidak memahami atau memiliki ilmu-ilmu fardu �ain ataupun kerana berhasrat meraih kepentingan dengan penampilan agama, atau memang di kalangan orang-orang munafiq, ketiga-tiga kategori manusia itu dianggap golongan yang jahat kerana mahu memburukkan Islam.
Jenis-jenis fitnah terhadap agama Islam
1- Fitnah melalui kepimpinan negara. 2- Fitnah dalam belajar kerana mahu dapat jawatan. 3- Fitnah melalui penampilan diri dan cara berpakaian. 4- Fitnah melalui ungkapan. 5- Fitnah melalui penulisan. 6- Fitnah melalui iklan produk. 7- Fitnah melalui penglibatan dalam sukan dan hiburan. 8- Fitnah berbangga kerana berjaya memperbanyakkan bilangan masjid. 9- Fitnah kerana meninggalkan kewajiban beribadat. 10- Fitnah kerana tidak menunjukkan akhlak Islam yang mulia. Fitnah�..oh fitnah�..dan banyak lagi.
1- Fitnah melalui kepimpinan negara.
Terdapat para pemimpin negara-negara umat Islam, yang tidak segan silu untuk mengisytiharkan bahawa mereka telah melaksanakan undang-undang Islam dalam pentadbiran negara dan boleh dikatakan negara mereka adalah sebuah �Negara Islam�, sedangkan pada masa mereka mentadbir dengan sistem Sekular, Kapitalis, Sosialis dan lain-lain.
Yang tidak menampakkan Islam secara jelas, isteri-isteri mereka tidak memakai hijab (tudung kepala) serta menutup aurat dengan sempurna, tidakkah tindakan mereka itu telah memfitnah Islam secara langsung di hadapan orang-orang bukan Islam yang keliru dan terus keliru.
2- Fitnah dalam belajar kerana mahu dapat jawatan.
Tidak kurang juga terdapat golongan ahli ilmu agama ketika sedang menuntut satu ketika dahulu, telah menanam hasrat untuk lulus cemerlang agar pulang nanti ditawarkan jawatan yang selesa, tetapi pada masa yang sama mereka lupa bahawa ketika
menyandang jawatan penting di jabatan keagamaan, mereka tidak menjalankan tugas dengan sempurna, membiarkan perkara mungkar terus berlaku (takut nak tegur kerana bimbang tidak dinaikkan pangkat atau ditukar ke jabatan lain).
Tidak cukup dengan itu, idea untuk menyatakan perkara-perkara makruf agar jadi program utama pun terkadang-kadang tidak berani untuk dilakukan, bimbang dilabel golongan yang melawan pihak atasan, akhirnya masyarakat jadi keliru kerana golongan ahli agama pun bercakap tidak serupa bikin.
3- Fitnah melalui penampilan diri dan cara berpakaian.
Disebabkan kerana kurang pendedahan maklumat agama, sama ada tidak mahu duduk dalam majlis ilmu agama atau ceramah, maka ramai di kalangan orang Islam dalam negara Malaysia ini memperlihatkan penampilan diri mereka benar-benar tidak Islamik langsung.
Ada di kalangan golongan remaja Islam yang bertatoo, menampakkan pusat (perempuan), bergelang tangan, berantai dan bertindik (yang lelaki), mencukur bulu kening, memakai rambut palsu, yang perempuan menyerupai lelaki atau yang lelaki menyerupai perempuan.
Cara bercakap seperti orang bukan Islam, berlepak, merempit tanpa hala tuju hidup, mendurhaka dan melukai perasaan kepada ibu bapa, menyakiti jiran dan banyak, tidakkah semua tindakan itu fitnah terhadap Islam, kerana Islam tidak pernah mengajar penganutnya berbuat demikian.
4- Fitnah melalui ungkapan.
Terdapat di kalangan orang Islam yang memfitnah Islam dengan ungkapan mereka seperti kata-kata : Islam tidak relevan pada zaman orang mengejar Sains dan Teknologi, undang-undang Islam seperti hudud, qisas, takzir dan lain-lain sudah tidak sesuai pada hari ini, ia hanya boleh dilaksanakan di padang pasir di zaman Rasulullah s.a.w.
5- Fitnah melalui penulisan.
Terdapat juga segelintir penulis yang pro aliran songsang yang memperlekeh hukum-hukum Islam dalam blog, rencana atau buku-buku tulisan mereka, ia disifatkan sebagai satu tindakan berani kerana mereka tahu bahawa tindakan itu tidak akan dikenakan apa-apa.
6- Fitnah melalui iklan produk.
Satu lagi fitnah yang tidak dapat dikawal akibat kelemahan para pemimpin negara ialah kecenderung syarikat-syarikat mempromosi produk mereka dengan menggunakan khidmat model-model Melayu/Islam, ada yang mendedahkan aurat, kepala semata-mata untuk menunjukkan bahawa produk mereka cukup berkesan tiada tompok-tompok hitam di
badan model.
7- Fitnah melalui penglibatan dalam sukan dan hiburan.
Para atlet negara termasuk yang angkat berat disertai atlet muslimah yang cukup menggiurkan ketika menunjukkan aksi mengangkat berta, termauk dalam sukan jimrama, renang, hoki dan lain-lain.
Begitu juga pendedahan aurat di kalangan penghibur seperti penyanyi, pelakon, pelawak wanita juga tidak kurang yang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan jenama mereka sebagai orang Islam. Semua itu dianggap memfitnah Islam kerana menggambarkan seolah-olah Islam membenarkan tindakan itu.
8- Fitnah berbangga kerana berjaya memperbanyakkan bilangan masjid.
Satu lagi fitnah di akhir zaman ini ialah terlalu berbangga dengan bilangan masjid yang banyak, tetapi kosong dengan pengajian agama, malah terdapat pula replica masjid yang menelan blanja jutaan ringgit tetapi tidak boleh solat Jumaat di dalamnya.
9- Fitnah kerana meninggalkan kewajiban beribadat.
Ramai di kalangan pekerja Islam, bukan yang menceburi bidang binaan, yang bekerja dalam bilik berhawa dingin pun tidak melakukan solat fardu atau Jumaat, terdapat
scenario di mana ada pekerja muslim di sebuah kilang ditegur majikan yang bukan Islam mengapa mereka tidak pergi menunaikan solat Jumaat.
10- Fitnah kerana tidak menunjukkan akhlak Islam yang mulia.
Disebabkan tidak menguasai dengan baik ilmu-ilmu fardu �ain, maka ramai di kalangan individu Islam tidak bercakap benar, melakukan pecah amanah berjuta ringgit, rasuah, penipuan, menggelapkan wang tabung haji dan sebagainya, menunjukkan sikap dan akhlak orang Islam sangat kritikal, sekali gus ia memfitnah agama Islam yang suci.
Sesungguhnya mereka itu semua berdosa di hadapan Allah kerana tidak menunjukkan sesuatu tindakan yang baik terutama kepada golongan yang lebih muda ataupun di kalangan bukan Islam yang merasakan Islam menjana kegiatan yang tidak bermoral.
Justeru, asas kepada pengukuhan jati diri muslim bersama agama Islam dalam apa jua keadaan, sama ada ketika Islam berada di puncak atau sedang berada di bawah, namun dia tidak akan berganjak walau setapak pun kerana begitu yakin bahawa Islam adalah satu-satunya agama yang diperakui benar di sisi Allah SWT. _
Baginda Rasulullah s.a.w. pernah menegaskan dalam salah satu hdinya yang bermaksud : �Bersegeralah lakukan amalan-amalan yang baik-baik (jika ia di waktu siang jangan tunggu hingga menjelang malam yang gelap gelita), kerana ia akan menimbulkan fitnah, seperti seorang lelaki di mana pada waktu pagi dia seorang muslim dan apabila menjelang petang atau malam dia menjadi seorang kafir pula, dia menjual agama kerana kepentingan dunia yang terlalu sedikit.� Hadis Sohih riwayat Imam Ahmad, Muslim dan Tirmizi daripada Abu Hurairah.
Apa yang dijelaskan oleh baginda Rasulullah s.a.w. menerusi hadis di atas ialah terdapat orang Islam sendiri yang melakukan fitnah dengan tindakannya terhadap agamanya sendiri semata-mata mengecapi habuan dan janji dunia yang bersifat sementara, sedangkan fitnah yang dilakukannya benar-benar mencabar agama yang dianutinya dan menjadi bahaya kepada pegangan akidah dan kepercayaan kepada Allah SWT selaku Pencipta alam maya ini.
Fitnah yang terjadi itu boleh berlaku kerana orang yang terlibat itu sama ada benar-benar tidak memahami atau memiliki ilmu-ilmu fardu �ain ataupun kerana berhasrat meraih kepentingan dengan penampilan agama, atau memang di kalangan orang-orang munafiq, ketiga-tiga kategori manusia itu dianggap golongan yang jahat kerana mahu memburukkan Islam.
Jenis-jenis fitnah terhadap agama Islam
1- Fitnah melalui kepimpinan negara. 2- Fitnah dalam belajar kerana mahu dapat jawatan. 3- Fitnah melalui penampilan diri dan cara berpakaian. 4- Fitnah melalui ungkapan. 5- Fitnah melalui penulisan. 6- Fitnah melalui iklan produk. 7- Fitnah melalui penglibatan dalam sukan dan hiburan. 8- Fitnah berbangga kerana berjaya memperbanyakkan bilangan masjid. 9- Fitnah kerana meninggalkan kewajiban beribadat. 10- Fitnah kerana tidak menunjukkan akhlak Islam yang mulia. Fitnah�..oh fitnah�..dan banyak lagi.
1- Fitnah melalui kepimpinan negara.
Terdapat para pemimpin negara-negara umat Islam, yang tidak segan silu untuk mengisytiharkan bahawa mereka telah melaksanakan undang-undang Islam dalam pentadbiran negara dan boleh dikatakan negara mereka adalah sebuah �Negara Islam�, sedangkan pada masa mereka mentadbir dengan sistem Sekular, Kapitalis, Sosialis dan lain-lain.
Yang tidak menampakkan Islam secara jelas, isteri-isteri mereka tidak memakai hijab (tudung kepala) serta menutup aurat dengan sempurna, tidakkah tindakan mereka itu telah memfitnah Islam secara langsung di hadapan orang-orang bukan Islam yang keliru dan terus keliru.
2- Fitnah dalam belajar kerana mahu dapat jawatan.
Tidak kurang juga terdapat golongan ahli ilmu agama ketika sedang menuntut satu ketika dahulu, telah menanam hasrat untuk lulus cemerlang agar pulang nanti ditawarkan jawatan yang selesa, tetapi pada masa yang sama mereka lupa bahawa ketika
menyandang jawatan penting di jabatan keagamaan, mereka tidak menjalankan tugas dengan sempurna, membiarkan perkara mungkar terus berlaku (takut nak tegur kerana bimbang tidak dinaikkan pangkat atau ditukar ke jabatan lain).
Tidak cukup dengan itu, idea untuk menyatakan perkara-perkara makruf agar jadi program utama pun terkadang-kadang tidak berani untuk dilakukan, bimbang dilabel golongan yang melawan pihak atasan, akhirnya masyarakat jadi keliru kerana golongan ahli agama pun bercakap tidak serupa bikin.
3- Fitnah melalui penampilan diri dan cara berpakaian.
Disebabkan kerana kurang pendedahan maklumat agama, sama ada tidak mahu duduk dalam majlis ilmu agama atau ceramah, maka ramai di kalangan orang Islam dalam negara Malaysia ini memperlihatkan penampilan diri mereka benar-benar tidak Islamik langsung.
Ada di kalangan golongan remaja Islam yang bertatoo, menampakkan pusat (perempuan), bergelang tangan, berantai dan bertindik (yang lelaki), mencukur bulu kening, memakai rambut palsu, yang perempuan menyerupai lelaki atau yang lelaki menyerupai perempuan.
Cara bercakap seperti orang bukan Islam, berlepak, merempit tanpa hala tuju hidup, mendurhaka dan melukai perasaan kepada ibu bapa, menyakiti jiran dan banyak, tidakkah semua tindakan itu fitnah terhadap Islam, kerana Islam tidak pernah mengajar penganutnya berbuat demikian.
4- Fitnah melalui ungkapan.
Terdapat di kalangan orang Islam yang memfitnah Islam dengan ungkapan mereka seperti kata-kata : Islam tidak relevan pada zaman orang mengejar Sains dan Teknologi, undang-undang Islam seperti hudud, qisas, takzir dan lain-lain sudah tidak sesuai pada hari ini, ia hanya boleh dilaksanakan di padang pasir di zaman Rasulullah s.a.w.
5- Fitnah melalui penulisan.
Terdapat juga segelintir penulis yang pro aliran songsang yang memperlekeh hukum-hukum Islam dalam blog, rencana atau buku-buku tulisan mereka, ia disifatkan sebagai satu tindakan berani kerana mereka tahu bahawa tindakan itu tidak akan dikenakan apa-apa.
6- Fitnah melalui iklan produk.
Satu lagi fitnah yang tidak dapat dikawal akibat kelemahan para pemimpin negara ialah kecenderung syarikat-syarikat mempromosi produk mereka dengan menggunakan khidmat model-model Melayu/Islam, ada yang mendedahkan aurat, kepala semata-mata untuk menunjukkan bahawa produk mereka cukup berkesan tiada tompok-tompok hitam di
badan model.
7- Fitnah melalui penglibatan dalam sukan dan hiburan.
Para atlet negara termasuk yang angkat berat disertai atlet muslimah yang cukup menggiurkan ketika menunjukkan aksi mengangkat berta, termauk dalam sukan jimrama, renang, hoki dan lain-lain.
Begitu juga pendedahan aurat di kalangan penghibur seperti penyanyi, pelakon, pelawak wanita juga tidak kurang yang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan jenama mereka sebagai orang Islam. Semua itu dianggap memfitnah Islam kerana menggambarkan seolah-olah Islam membenarkan tindakan itu.
8- Fitnah berbangga kerana berjaya memperbanyakkan bilangan masjid.
Satu lagi fitnah di akhir zaman ini ialah terlalu berbangga dengan bilangan masjid yang banyak, tetapi kosong dengan pengajian agama, malah terdapat pula replica masjid yang menelan blanja jutaan ringgit tetapi tidak boleh solat Jumaat di dalamnya.
9- Fitnah kerana meninggalkan kewajiban beribadat.
Ramai di kalangan pekerja Islam, bukan yang menceburi bidang binaan, yang bekerja dalam bilik berhawa dingin pun tidak melakukan solat fardu atau Jumaat, terdapat
scenario di mana ada pekerja muslim di sebuah kilang ditegur majikan yang bukan Islam mengapa mereka tidak pergi menunaikan solat Jumaat.
10- Fitnah kerana tidak menunjukkan akhlak Islam yang mulia.
Disebabkan tidak menguasai dengan baik ilmu-ilmu fardu �ain, maka ramai di kalangan individu Islam tidak bercakap benar, melakukan pecah amanah berjuta ringgit, rasuah, penipuan, menggelapkan wang tabung haji dan sebagainya, menunjukkan sikap dan akhlak orang Islam sangat kritikal, sekali gus ia memfitnah agama Islam yang suci.
Sesungguhnya mereka itu semua berdosa di hadapan Allah kerana tidak menunjukkan sesuatu tindakan yang baik terutama kepada golongan yang lebih muda ataupun di kalangan bukan Islam yang merasakan Islam menjana kegiatan yang tidak bermoral.
Justeru, asas kepada pengukuhan jati diri muslim bersama agama Islam dalam apa jua keadaan, sama ada ketika Islam berada di puncak atau sedang berada di bawah, namun dia tidak akan berganjak walau setapak pun kerana begitu yakin bahawa Islam adalah satu-satunya agama yang diperakui benar di sisi Allah SWT. _
kategori
tazkirah_sunny
Monday, October 20
Melajukan Proses Download di FireFox
Add-ons dari Firefox untuk menambah kelajuan download ini amat sesuai digunakan oleh kita semua. Kelebihannya kita tidak perlu install pelbagai software untuk melajukan proses download kita.
Add-on ini dapat melajukan sehingga 400% lebih laju dari biasa. Lebih laju bukan?
DownThemAll! 1.0.3
Categories
* Download Management
The first and only download manager/accelerator built inside Firefox
Add to Firefox
installVersusDownlo adCheck(" installTrigger29 952", "Add to Firefox ", "Download Now ");
setTimeout(function () {fixPlatformLinks( '46490', document.getElement ById('installTri gger29952' ).getAttribute( 'addonName' ));addCompatibil ityHints( '201', '46490', '2.0.0.8', '3.0.*', '', '');},0); Okey, install dahulu di firefox anda.
Cara menggunakannya :
Saya berkan contoh disini. Contoh hendak mendownload template :-
1. Klik pada link file untuk download.
2. Secara automatik akan keluar menu Download sama ada anda ingin save file @ open with @ Download Them all.
3. Anda klik pada download them all, ini membolehkan file tersebut di download menggunakan Download them all.
4. Rasailah kelajuannya.
Semoga ia membantu.
Add-on ini dapat melajukan sehingga 400% lebih laju dari biasa. Lebih laju bukan?
DownThemAll! 1.0.3
Categories
* Download Management
The first and only download manager/accelerator built inside Firefox
Add to Firefox
installVersusDownlo adCheck(" installTrigger29 952", "Add to Firefox ", "Download Now ");
setTimeout(function () {fixPlatformLinks( '46490', document.getElement ById('installTri gger29952' ).getAttribute( 'addonName' ));addCompatibil ityHints( '201', '46490', '2.0.0.8', '3.0.*', '', '');},0); Okey, install dahulu di firefox anda.
Cara menggunakannya :
Saya berkan contoh disini. Contoh hendak mendownload template :-
1. Klik pada link file untuk download.
2. Secara automatik akan keluar menu Download sama ada anda ingin save file @ open with @ Download Them all.
3. Anda klik pada download them all, ini membolehkan file tersebut di download menggunakan Download them all.
4. Rasailah kelajuannya.
Semoga ia membantu.
kategori
ICT
Bila langit mula mendung
Kekadang terdengar bebelan orang-orang di sekeliling Kita,
"Cuaca buruk je akhir-akhir in ye.." Soalnya, kenapa hujan dikatakan cuaca buruk?
Berapa ramai di kalangan Kita yang mengeluh bila Hari hujan?
- Iskk, tak kering la baju kalau asyik hujan je..
- Alahai, hujan laaagiiii
- Tiap-tiap Hari hujan...susah la mcm in
- Payah nak buat apa2 kalau
Hujan
- Tak boleh balik lagi, hujan!
Bukankah bebelan-bebelan itu lebih baik digantikan dengan DOA : "Allahumma syaiyiban nafi'a" (Ya Allah, Ya Tuhan kami! Jadikan hujan ini bermanfaat buat kami).
Hakikatnya, hujan itu rahmat.
"Dan Dia lah (Allah) yang menghantarkan angin sebagai pembawa berita yang menggembirakan sebelum kedatangan rahmatnya (iaitu hujan), hingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halakan dia ke negeri yang mati (ke daerah yang kering kontang), lalu Kami turunkan hujan dengan awan itu, kemudian Kami keluarkan dengan air hujan itu berbagai-bagai jenis buah-buahan. Demikianlah pula Kami mengeluarkan (menghidupkan semula) orang-orang yang telah mati, supaya kamu beringat (mengambil pelajaran daripadanya) ." (Al-A'raf : 57)
Sebenarnya hujan terlalu banyak manfaatnya.
1. Membersihkan udara
2. Menyubur tanaman
3. Membekal air ke empangan
Ini sikit sahaja senarai kebaikannya. Ada banyak lagi.
Kenapa orang selalu "bad mood" bila hujan?
"Hujan tidak, mendung pun tidak, tiba-tiba je bermuram in..?" Macam biasa dengar ayat TU kan ? Seolah-olah sinonim sungguh hujan dengan suasana muram/tak best. Kesian hujan.
Sedarkah Kita? Bila hujan turun, rahmat dilimpahkan buat manusia. Sebab itu, Nabi pun pernah pesan, bila hujan turun, DOA mustajab.
Sekarang ini, di tempat Kita hampir tiap-tiap Hari hujan. Tiap-tiap Hari Ada masa untuk DOA menjadi mustajab. Kenapa lepaskan peluang dengan keluhan sia-sia di saat pintu-pintu langit sedang terbuka?
"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit, dengan menurunkan hujan yang mencurah-curah" (al-Qamar : 11)
Maka, BERDOALAH. Semoga Hari ini lebih baik dari semalam. Dan semoga, Hari esok akan lebih baik. Dalam ilmu tasawwuf Dan ilmu-ilmu fardhu Ain lain pun Ada juga mengingatkan Kita tentang kebijaksanaan Allah.
Lihatlah firman Allah yg bermaksud : "Dan Kami turunkan hujan dari langit dengan sukatan yang tertentu, serta Kami tempatkan dia tersimpan di bumi; Dan sesungguhnya Kami sudah tentu berkuasa melenyapkannya. " (Al-Mukminun : 18)
Rupa-rupanya Allah turunkan hujan ADA SUKATAN. Baru Hari ini Kita tahu, bahawa Allah turunkan hujan lebat kepada Kita sekarang ini Ada sebabnya, Ada sukatannya. Kemudian, air itu akan disimpan di bumi. Selama mana? Itu semua rahsia Allah.
"Dan Kami hantarkan angin sebagai pembawa air Dan pemindah benih; maka dengan itu Kami menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian kami berikan kamu meminumnya; Dan bukanlah kamu yang (berkuasa menurunkannya atau) menyimpannya. " (al-Hijr : 22)
Semoga Ada iktibar untuk peringatan Kita.
"Dan Allah jualah yang mengetahui rahsia langit Dan bumi Dan kepadaNyalah dikembalikan segala urusan. Oleh itu, sembahlah akan Dia serta berserahlah kepadaNya. Dan (ingatlah), Tuhanmu tidak sekali-kali lalai akan apa yang kamu lakukan." (Surah Hud : 123)
So lepaih in bila hujan jangan ler bersungut ek.Berdoa ler banyak2...
"Cuaca buruk je akhir-akhir in ye.." Soalnya, kenapa hujan dikatakan cuaca buruk?
Berapa ramai di kalangan Kita yang mengeluh bila Hari hujan?
- Iskk, tak kering la baju kalau asyik hujan je..
- Alahai, hujan laaagiiii
- Tiap-tiap Hari hujan...susah la mcm in
- Payah nak buat apa2 kalau
Hujan
- Tak boleh balik lagi, hujan!
Bukankah bebelan-bebelan itu lebih baik digantikan dengan DOA : "Allahumma syaiyiban nafi'a" (Ya Allah, Ya Tuhan kami! Jadikan hujan ini bermanfaat buat kami).
Hakikatnya, hujan itu rahmat.
"Dan Dia lah (Allah) yang menghantarkan angin sebagai pembawa berita yang menggembirakan sebelum kedatangan rahmatnya (iaitu hujan), hingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halakan dia ke negeri yang mati (ke daerah yang kering kontang), lalu Kami turunkan hujan dengan awan itu, kemudian Kami keluarkan dengan air hujan itu berbagai-bagai jenis buah-buahan. Demikianlah pula Kami mengeluarkan (menghidupkan semula) orang-orang yang telah mati, supaya kamu beringat (mengambil pelajaran daripadanya) ." (Al-A'raf : 57)
Sebenarnya hujan terlalu banyak manfaatnya.
1. Membersihkan udara
2. Menyubur tanaman
3. Membekal air ke empangan
Ini sikit sahaja senarai kebaikannya. Ada banyak lagi.
Kenapa orang selalu "bad mood" bila hujan?
"Hujan tidak, mendung pun tidak, tiba-tiba je bermuram in..?" Macam biasa dengar ayat TU kan ? Seolah-olah sinonim sungguh hujan dengan suasana muram/tak best. Kesian hujan.
Sedarkah Kita? Bila hujan turun, rahmat dilimpahkan buat manusia. Sebab itu, Nabi pun pernah pesan, bila hujan turun, DOA mustajab.
Sekarang ini, di tempat Kita hampir tiap-tiap Hari hujan. Tiap-tiap Hari Ada masa untuk DOA menjadi mustajab. Kenapa lepaskan peluang dengan keluhan sia-sia di saat pintu-pintu langit sedang terbuka?
"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit, dengan menurunkan hujan yang mencurah-curah" (al-Qamar : 11)
Maka, BERDOALAH. Semoga Hari ini lebih baik dari semalam. Dan semoga, Hari esok akan lebih baik. Dalam ilmu tasawwuf Dan ilmu-ilmu fardhu Ain lain pun Ada juga mengingatkan Kita tentang kebijaksanaan Allah.
Lihatlah firman Allah yg bermaksud : "Dan Kami turunkan hujan dari langit dengan sukatan yang tertentu, serta Kami tempatkan dia tersimpan di bumi; Dan sesungguhnya Kami sudah tentu berkuasa melenyapkannya. " (Al-Mukminun : 18)
Rupa-rupanya Allah turunkan hujan ADA SUKATAN. Baru Hari ini Kita tahu, bahawa Allah turunkan hujan lebat kepada Kita sekarang ini Ada sebabnya, Ada sukatannya. Kemudian, air itu akan disimpan di bumi. Selama mana? Itu semua rahsia Allah.
"Dan Kami hantarkan angin sebagai pembawa air Dan pemindah benih; maka dengan itu Kami menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian kami berikan kamu meminumnya; Dan bukanlah kamu yang (berkuasa menurunkannya atau) menyimpannya. " (al-Hijr : 22)
Semoga Ada iktibar untuk peringatan Kita.
"Dan Allah jualah yang mengetahui rahsia langit Dan bumi Dan kepadaNyalah dikembalikan segala urusan. Oleh itu, sembahlah akan Dia serta berserahlah kepadaNya. Dan (ingatlah), Tuhanmu tidak sekali-kali lalai akan apa yang kamu lakukan." (Surah Hud : 123)
So lepaih in bila hujan jangan ler bersungut ek.Berdoa ler banyak2...
kategori
tazkirah_sunny
Tuesday, October 14
Siapakah Yang Jujur?
PERTAMA Hamba ALLAH yang gemar beribadah, jujur istiqamah, hidup dengan sederhana meski pun kaya selalu meningkatkan hubungannya dengan ALLAH dan berpegang teguh kepada ajaran agamanya.
KEDUA Ulama yang sentiasa mendalami ilmu pengetahuannya dan tabah menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar serta tidak menyelewengkan ketentuan agama.
KETIGA Umara ataupun pemimpin yang adil, demokrasi, berkelakuan baik, menghargai kebenaran dari manapun datangnya, jujur dalam memimpin.
KEMPAT Orang kaya yang solleh, yang mendermakan harta kekayaannya pada tempat yang membawa manfaat bagi orang ramai. Menolong yang lemah dan memerlukannya. Dia mencari hartanya dengan tujuan yang mulia. Dunia hari ini sering digemparkan dengan berita-berita mengenai pecah amanah di sana sini. Bapa merogol anak, bayi baru lahir dibuang, warga tua diragut, kanak-kanak didera, dan berbagai-bagai lagi kejadian yang menyentuh hati dan membangkitkan kemarahan banyak pihak. Semuanya berpunca daripada hilangnya sifat amanah dari jiwa manusia. Sesungguhnya di akhir zaman ini amat sukar untuk mencari orang yang benar-benar amanah sedangkan apa jua perkara dan tindakan yang diambil perlukan sifat amanah. Seorang bapa yang khianat tidak akan menjaga anak yang menjadi amanah Allah kepadanya bahkan diperkosa anaknya sendiri atau dia berzina dengan wanita lain. Begitu juga dengan kerajaan yang dipimpin oleh penguasa yang tidak amanah sudah pasti suatu hari nanti umat akan hancur. Fakir yang sombong juga tidak akan sudi menerima bantuan dan perhatian orang lain sedangkan ia sangat memerlukannya. Kesudahannya hidupnya tidak akan berubah sampai bila-bila hinggakan kefakiran tersebut membawanya kepada kekufuran. Hakikatnya janganlah kita mengkhianati amanah sedangkan kita mengetahuinya. Balasannya di hari akhirat kelak amat dahsyat menunggu kita
KEDUA Ulama yang sentiasa mendalami ilmu pengetahuannya dan tabah menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar serta tidak menyelewengkan ketentuan agama.
KETIGA Umara ataupun pemimpin yang adil, demokrasi, berkelakuan baik, menghargai kebenaran dari manapun datangnya, jujur dalam memimpin.
KEMPAT Orang kaya yang solleh, yang mendermakan harta kekayaannya pada tempat yang membawa manfaat bagi orang ramai. Menolong yang lemah dan memerlukannya. Dia mencari hartanya dengan tujuan yang mulia. Dunia hari ini sering digemparkan dengan berita-berita mengenai pecah amanah di sana sini. Bapa merogol anak, bayi baru lahir dibuang, warga tua diragut, kanak-kanak didera, dan berbagai-bagai lagi kejadian yang menyentuh hati dan membangkitkan kemarahan banyak pihak. Semuanya berpunca daripada hilangnya sifat amanah dari jiwa manusia. Sesungguhnya di akhir zaman ini amat sukar untuk mencari orang yang benar-benar amanah sedangkan apa jua perkara dan tindakan yang diambil perlukan sifat amanah. Seorang bapa yang khianat tidak akan menjaga anak yang menjadi amanah Allah kepadanya bahkan diperkosa anaknya sendiri atau dia berzina dengan wanita lain. Begitu juga dengan kerajaan yang dipimpin oleh penguasa yang tidak amanah sudah pasti suatu hari nanti umat akan hancur. Fakir yang sombong juga tidak akan sudi menerima bantuan dan perhatian orang lain sedangkan ia sangat memerlukannya. Kesudahannya hidupnya tidak akan berubah sampai bila-bila hinggakan kefakiran tersebut membawanya kepada kekufuran. Hakikatnya janganlah kita mengkhianati amanah sedangkan kita mengetahuinya. Balasannya di hari akhirat kelak amat dahsyat menunggu kita
kategori
tazkirah_sunny
Marah
Jangan panjangkan marah, bahawasanya ia merosak iman.bagai barang yang pahit merosak madu. Kelebihan sesetengah manusia dengan sesetengah manusialain, baik di dunia mahu pun di akhirat adalah kelebihan akal.Kesempurnaan bahagia bergantung kepada kesempurnaan akal.Berhati-hatilah ketika berbantahan, kerana berbantahan itu saatbodoh orang berilmu. Pada saat itu jugalah syaitan berusaha menggelincirkan fikiran dan perasaan. Sifat pemarah adalah beban bagi pemiliknya dan mereka yangbergaul dengan pemilik itu. Tidak ada di dunia ini yang paling merosak seseorang melainkanmarah dan dendam kepada orang lain. Marah adalah kegilaan yang pendek. Di dalamnya terkandung iri hati dan penghinaan, ketakutan dan kesedihan, kebanggaan dan prejudis, terburu nafsu, kurang pertimbangan, kesenangan akan kejahatan dan suatu hasrat bagi menjurus ke situ. Jangan Kamu Marah!
Hadith :
Daripada Abu Hurairah r.a bahawa seorang lelaki telah berkata kepada nabi SAW yang maksudnya:" Berwasiatlah kepada ku." Sabda Rasulullah SAW: "Jangan kamu marah." Maka lelaki itu mengulangi kata-katanya berulang kali. Sabda Rasulullah SAW:" Jangan kamu marah.."
(al-Bukhari)Huraian
Hasan al-Basri pernah berkata: Empat perkara jika sesiapa memilikinya maka Allah memeliharanya daripada syaitan dan mengharamkan ke atasnya api neraka: (iaitu) Sesiapa yang mampu mengawal dirinya ketika dalam keghairahan, ketakutan, syahwat dan kemarahan." Sesungguhnya kemarahan akan mengumpulkan segala keburukan. Reaksi seorang yang sedang marah dapat dilihat pada wajah dan anggota badannya seperti warna mukanya bertukar merah, urat-urat lehernya menegang, tubuh badan seakan-akan menggigil kerana geram, suara menjadi nyaring manakala lidah mula mengeluarkan perkataan yang buruk sama ada mengutuk atau mengeji. Ada kemungkinan patah-patah perkataan itu berupa penghinaan atau yang seumpama dengannya yang haram diucapkan termasuklah menuduh orang lain sebagai kafir dan lai-lain. Selain itu, seseorang itu juga akan melakukan perbuatan yang di luar kawalannya sendiri seperti memukul, menumbuk, menampar dan sebagainya. Semua ini berkemungkinan akan mendorong kepada perbuatan yang menyakitkan orang lain yang akhirnya mewujudkan permusuhan dan kebencian di antara satu sama lain. Justeru walaupun sifat marah adalah sifat semula jadi manusia namun sebagai seorang Muslim kita hendaklah berusaha untuk menjauhkan diri daripada segala sebab yang menyebabkan kemarahan.
Hadith :
Daripada Abu Hurairah r.a bahawa seorang lelaki telah berkata kepada nabi SAW yang maksudnya:" Berwasiatlah kepada ku." Sabda Rasulullah SAW: "Jangan kamu marah." Maka lelaki itu mengulangi kata-katanya berulang kali. Sabda Rasulullah SAW:" Jangan kamu marah.."
(al-Bukhari)Huraian
Hasan al-Basri pernah berkata: Empat perkara jika sesiapa memilikinya maka Allah memeliharanya daripada syaitan dan mengharamkan ke atasnya api neraka: (iaitu) Sesiapa yang mampu mengawal dirinya ketika dalam keghairahan, ketakutan, syahwat dan kemarahan." Sesungguhnya kemarahan akan mengumpulkan segala keburukan. Reaksi seorang yang sedang marah dapat dilihat pada wajah dan anggota badannya seperti warna mukanya bertukar merah, urat-urat lehernya menegang, tubuh badan seakan-akan menggigil kerana geram, suara menjadi nyaring manakala lidah mula mengeluarkan perkataan yang buruk sama ada mengutuk atau mengeji. Ada kemungkinan patah-patah perkataan itu berupa penghinaan atau yang seumpama dengannya yang haram diucapkan termasuklah menuduh orang lain sebagai kafir dan lai-lain. Selain itu, seseorang itu juga akan melakukan perbuatan yang di luar kawalannya sendiri seperti memukul, menumbuk, menampar dan sebagainya. Semua ini berkemungkinan akan mendorong kepada perbuatan yang menyakitkan orang lain yang akhirnya mewujudkan permusuhan dan kebencian di antara satu sama lain. Justeru walaupun sifat marah adalah sifat semula jadi manusia namun sebagai seorang Muslim kita hendaklah berusaha untuk menjauhkan diri daripada segala sebab yang menyebabkan kemarahan.
kategori
tazkirah_sunny
Monday, October 13
Tips Akhir Menghadapi Peperiksaan
1. Menjadikan solat untuk meminta pertolongan dari Allah
“Dan mintalah (pertolongan kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan solat dan sesungguhnya solat itu amat berat kecuali bagi orang yang khusyu’.” (Surah al- Baqarah 2:45)
2. Menjadikan doa sebagai sumber kekuatan"Doa adalah sumber kekuatan orang Islam". Maka berdoalah dengan khusyuk mengharapkan kelapangan dada, kecerahan aqal dan fikiran, dan keberkatan dalam usaha, serta kejayaan yang cemerlang di dunia akhirat.
3. Mendoakan sahabat-sahabat yang sama akan mengambil peperiksaan.Adalah perlu diketahui doa seorang sahabat kepada sahabatnya tanpa diketahui oleh sahabatnya adalah lebih makbul.
4. Meyakini sungguh-sungguh, pertolongan dari AllahBarangsiapa bertakwa kepada Allah, nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.Dan memberi rezeki kepadanya tanpa di sangka-sangka.Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah akan mencukupkannya.Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakiNya.Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Ayat 1000 dinar)
5. Mengurangkan kadar stress dengan banyak mengingati AllahOrang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingati Allah. ... Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang." (Ar-Ra'd: 28)
“Dan mintalah (pertolongan kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan solat dan sesungguhnya solat itu amat berat kecuali bagi orang yang khusyu’.” (Surah al- Baqarah 2:45)
2. Menjadikan doa sebagai sumber kekuatan"Doa adalah sumber kekuatan orang Islam". Maka berdoalah dengan khusyuk mengharapkan kelapangan dada, kecerahan aqal dan fikiran, dan keberkatan dalam usaha, serta kejayaan yang cemerlang di dunia akhirat.
3. Mendoakan sahabat-sahabat yang sama akan mengambil peperiksaan.Adalah perlu diketahui doa seorang sahabat kepada sahabatnya tanpa diketahui oleh sahabatnya adalah lebih makbul.
4. Meyakini sungguh-sungguh, pertolongan dari AllahBarangsiapa bertakwa kepada Allah, nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.Dan memberi rezeki kepadanya tanpa di sangka-sangka.Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah akan mencukupkannya.Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakiNya.Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Ayat 1000 dinar)
5. Mengurangkan kadar stress dengan banyak mengingati AllahOrang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingati Allah. ... Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang." (Ar-Ra'd: 28)
kategori
tazkirah_sunny
7 Tips Untuk Cemerlang dan Persediaan Menghadapi Peperiksaan
Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamulaikum wbt kepada semua pelawat Blog SMKA Maahad Muar di sini terdapat beberapa tip untuk cemerlang dan sebagai persediaan menghadapi peperiksaan khususnya bagi pelajar-pelajar yang akan mengambil PMR dan SPM 2008.
Bagi pelajar peringkat menengah yang bakal menduduki peperiksaan PMR, SPM dan STPM juga boleh menggunakan tip ini sebagai panduan pembelajaran dan persediaan anda.
Mungkin musim cuti ini ada sekolah membuat kelas tambahan, gerak gempur, bengkel dan sebagainya. Selain itu, ada juga pelajar-pelajar menghadiri tusyen sebagai persediaan dan persiapan diri untuk menghadapi peperiksaan tersebut. Apapun gunakan masa cuti ini sebaik mungkin untuk mengulangkaji pelajaran supaya masa tidak dibazirkan dengan perkara-perkara yang tidak berfaedah.
Dengan demikian, di sini kalam ini ingin berkongsi dengan pelajar-pelajar sekalian terdapat beberapa tip sebagai persediaan menghadapi peperiksaan yang bakal dihadapi nanti. Tip ini di ambil dari akbar berita harian untuk pekongsian kita bersama. Antaranya ialah :
1. Semak jadual
Menyemak jadual peperiksaan penting bagi menentukan masa cukup untuk belajar, khususnya pada saat-saat akhir ini. Latihan mesti diteruskan mengikut kertas peperiksaan yang akhir diduduki terlebih dulu. Ini kerana apabila tiba hari peperiksaan, calon akan belajar subjek yang akan diuji pada hari pertama peperiksaan.
Jika melakukan demikian, bermakna anda telah membuat persiapan yang menyeluruh dan tidak ada subjek tertinggal atau tidak dipelajari.
2. Kunci peperiksaan
Apakah kunci kepada peperiksaan? Peperiksaan menuntut calon membuat banyak latihan dan ulang kaji bagi mengingati pelajaran lalu, selain mengelak diri daripada lupa fakta ketika menjawab soalan.
Oleh itu, anda jangan jemu untuk terus membuat ulang kaji, terutama menggunakan kertas peperiksaan tahun terdahulu atau soalan seiras. Langkah itu akan membiasakan anda dengan soalan standard, di samping membolehkan ingatan anda kekal dan berpanjangan.
3. Tentukan keutamaan
Belajar pada saat-saat akhir juga perlu mengutamakan mata pelajaran atau kemahiran yang masih belum atau kurang dikuasai. dalam hal ini, jangan sekali-kali belajar subjek yang anda sukai saja, sebaliknya merangkumi semua.
Ini kerana setiap peperiksaan akan membabitkan semua subjek dipelajari di sekolah, bukannya berdasarkan minat seseorang calon.
4. Banyak mengingat dan membuat kaitan
Mengingat adalah satu perkara penting yang mesti dilakukan calon dalam menghadapi peperiksaan. Pelbagai cara boleh anda digunakan untuk mengingat, antaranya belajar berulang kali mengenai sesuatu kemahiran.
Apa-apa pun cara digunakan, terpulang kepada anda, asalkan ia dapat membantu mengingat dan membuat kaitan apabila diperlukan.
5. Merancang persiapan peperiksaan
Ada tiga perkara yang mesti diamalkan calon bagi menentukan kejayaan cemerlang dalam peperiksaan.
a. Pertama, sebelum peperiksaan khususnya dalam tempoh beberapa minggu ini, kuat dan tingkatkan usaha serta semangat dengan belajar secara berterusan.
Selain di sekolah dan rumah, anda seharusnya mengambil peluang memanfaatkan masa yang ada, tidak kira di mana saja berada dengan membaca nota ringkas yang disediakan sebelum ini. Ini akan membantu anda mengingati semula apa yang telah dipelajari.
Dalam pada itu, kesihatan diri jangan diabaikan. Walaupun bersemangat untuk menduduki peperiksaan, janganlah keterlaluan hingga lupa makan dan minum. Ini kerana keadaan itu boleh menyebabkan anda jatuh sakit.
Tidur hendaklah mencukupi supaya anda sentiasa selesa dan dapat memberi tumpuan terhadap pelajaran sama ada ketika di sekolah mahupun sewaktu belajar sendiri di rumah. Kesihatan tubuh badan yang baik amat perlu, apatah lagi akan menduduki peperiksaan.
Buat seketika, lupakan dulu perkara-perkara lain yang anda minat, sebaliknya manfaat masa yang ada dengan mengulang kaji pelajaran. Ini kerana semua perkara itu boleh dilakukan kemudian berbanding peperiksaan yang kata orang sekali seumur hidup. Jangan lepaskan peluang keemasan itu.
Begitu juga dengan pengambilan makanan, seharusnya ia seimbang. Dalam masa beberapa hari ini juga, anda seharusnya makan makanan yang berzat dan boleh membantu mengembang dan mencergaskan minda anda.
Setelah segala persiapan diri sudah dilakukan, anda perlu pastikan keperluan peperiksaan yang lain tidak dilupakan, antaranya peralatan menulis khususnya pensel 2B, pemadam dan penajam pensel, jika tidak sediakan beberapa batang pensel. Pastikan peralatan ini disediakan lebih awal dan tidak lupa dibawa pada hari peperiksaan.
Sebaiknya tidurlah lebih awal pada malam hari peperiksaan. Langkah itu perlu supaya anda berasa segar dan dapat menghadapi kertas peperiksaan dengan tenang tanpa sebarang masalah.
b. Kedua, pada hari peperiksaan. Bangun dan pergi ke sekolah atau dewan peperiksaan lebih awal, bagaimanapun pastikan anda bersarapan terlebih dulu. Jika anda bangun lewat, bukan saja tidak sempat bersarapan, malah akan tergesa-gesa ke sekolah.
Ingat, perbuatan tergesa-gesa menjanjikan pelbagai masalah, antaranya membuatkan anda panik lalu tidak dapat menumpukan terhadap peperiksaan.
Sebelum itu, jangan lupa bersalaman dengan ibu bapa dan minta mereka mendoakan kita dapat menjawab soalan dengan jayanya.
Ketika berada dalam dewan peperiksaan, anda hendaklah dalam keadaan tenang dan anggaplah peperiksaan itu sebagai perkara biasa. Untuk menenangkan diri jika menggelabah, anda tariklah nafas panjang-panjang. Langkah itu membantu jantung anda mendapat bekalan oksigen yang mencukupi, sekali gus menghilangkan rasa gugup dan bimbang.
Apabila menjawab soalan, sekali lagi anda perlu tenang. Setelah diberi kebenaran oleh pengawas peperiksaan, jawablah soalan yang anda fikir mudah dulu. Jangan guna masa terlalu banyak untuk menjawab soalan sukar itu, sebaliknya terus selesaikan soalan lebih mudah. Soalan susah yang ditinggalkan sementara itu jangan diabaikan, tetapi dibuat kemudian.
Jika menjawab soalan objektif, ketelitian amat perlu. Menentukan pilihan jawapan yang tepat amat penting. Pastikan jawapan yang kita pilih dalam kertas soalan sama dengan huruf pada kertas jawapan. Seandainya tersalah tanda, padamkan betul-betul sehingga hilang tanda hitam pensel
Walaupun sudah yakin jawapan yang diberi, baik bagi soalan objektif mahupun subjektif, semakan sebelum kertas jawapan diserah kepada pengawas peperiksaan adalah perlu dalam memastikan semuanya betul dan sudah dijawab. Oleh itu, peruntukkan sedikit masa untuk tujuan semakan terakhir.
Pembahagian masa yang betul amat perlu ketika menjawab soalan. Gunakan masa yang diperuntukkan dengan berkesan. Jangan sekali-kali alpa atau khayal sewaktu menjawab kerana langkah itu akan merugikan anda.
c. Ketiga, selepas peperiksaan. Setelah menduduki sesuatu kertas peperiksaan, anda tidak digalakkan berbincang dulu dengan rakan atau sesiapa mengenainya. Ini perlu bagi mengelakkan perasaan kecewa jika didapati jawapan anda terpesong atau salah.
Jika ini berlaku, anda mungkin hilang semangat atau fikiran terganggu ketika menjawab kertas soalan berikutnya. Sebaiknya, bincang kertas soalan itu setelah peperiksaan berakhir.
Langkah terbaik, beri tumpuan penuh untuk menjawab soalan, bukannya menyemak jawapan.
6. Elakkan terbabit dengan situasi yang boleh mengganggu perasaan
Menjelang peperiksaan, pelbagai dugaan mungkin dihadapi. Oleh itu, anda seharusnya sentiasa bersedia menghadapi apa saja dugaan yang boleh mengganggu perasaan. Selepas menunaikan solat lima waktu, berdoalah supaya Allah SWT tenangkan perasaan dan dapat fokuskan tumpuan terhadap peperiksaan.
7. Berdoa dan bertawakal
Sering kali kita was-was ataupun tidak yakin dengan apa yang dilakukan. Dalam hal peperiksaan, anda tidak seharusnya kurang yakin dengan kemampuan diri jika sudah membuat persiapan rapi sejak awal lagi. Sepatutnya kita berdoa dan tawakal kepada Allah SWT kerana usaha itu adalah senjata terakhir bukan saja untuk membina keyakinan diri, malah mencapai kejayaan.
Itulah di antara tip-tip yang boleh digunakan oleh pelajar sebagai panduan persedian dan meghadapi peperiksaan tidak lama lagi. Di harap dengan panduan tip-tip di atas, pelajar-pelajar akan berkeyakinan dan membuat persiapan yang cukup untuk menghadapi ujian itu nanti.
Assalamulaikum wbt kepada semua pelawat Blog SMKA Maahad Muar di sini terdapat beberapa tip untuk cemerlang dan sebagai persediaan menghadapi peperiksaan khususnya bagi pelajar-pelajar yang akan mengambil PMR dan SPM 2008.
Bagi pelajar peringkat menengah yang bakal menduduki peperiksaan PMR, SPM dan STPM juga boleh menggunakan tip ini sebagai panduan pembelajaran dan persediaan anda.
Mungkin musim cuti ini ada sekolah membuat kelas tambahan, gerak gempur, bengkel dan sebagainya. Selain itu, ada juga pelajar-pelajar menghadiri tusyen sebagai persediaan dan persiapan diri untuk menghadapi peperiksaan tersebut. Apapun gunakan masa cuti ini sebaik mungkin untuk mengulangkaji pelajaran supaya masa tidak dibazirkan dengan perkara-perkara yang tidak berfaedah.
Dengan demikian, di sini kalam ini ingin berkongsi dengan pelajar-pelajar sekalian terdapat beberapa tip sebagai persediaan menghadapi peperiksaan yang bakal dihadapi nanti. Tip ini di ambil dari akbar berita harian untuk pekongsian kita bersama. Antaranya ialah :
1. Semak jadual
Menyemak jadual peperiksaan penting bagi menentukan masa cukup untuk belajar, khususnya pada saat-saat akhir ini. Latihan mesti diteruskan mengikut kertas peperiksaan yang akhir diduduki terlebih dulu. Ini kerana apabila tiba hari peperiksaan, calon akan belajar subjek yang akan diuji pada hari pertama peperiksaan.
Jika melakukan demikian, bermakna anda telah membuat persiapan yang menyeluruh dan tidak ada subjek tertinggal atau tidak dipelajari.
2. Kunci peperiksaan
Apakah kunci kepada peperiksaan? Peperiksaan menuntut calon membuat banyak latihan dan ulang kaji bagi mengingati pelajaran lalu, selain mengelak diri daripada lupa fakta ketika menjawab soalan.
Oleh itu, anda jangan jemu untuk terus membuat ulang kaji, terutama menggunakan kertas peperiksaan tahun terdahulu atau soalan seiras. Langkah itu akan membiasakan anda dengan soalan standard, di samping membolehkan ingatan anda kekal dan berpanjangan.
3. Tentukan keutamaan
Belajar pada saat-saat akhir juga perlu mengutamakan mata pelajaran atau kemahiran yang masih belum atau kurang dikuasai. dalam hal ini, jangan sekali-kali belajar subjek yang anda sukai saja, sebaliknya merangkumi semua.
Ini kerana setiap peperiksaan akan membabitkan semua subjek dipelajari di sekolah, bukannya berdasarkan minat seseorang calon.
4. Banyak mengingat dan membuat kaitan
Mengingat adalah satu perkara penting yang mesti dilakukan calon dalam menghadapi peperiksaan. Pelbagai cara boleh anda digunakan untuk mengingat, antaranya belajar berulang kali mengenai sesuatu kemahiran.
Apa-apa pun cara digunakan, terpulang kepada anda, asalkan ia dapat membantu mengingat dan membuat kaitan apabila diperlukan.
5. Merancang persiapan peperiksaan
Ada tiga perkara yang mesti diamalkan calon bagi menentukan kejayaan cemerlang dalam peperiksaan.
a. Pertama, sebelum peperiksaan khususnya dalam tempoh beberapa minggu ini, kuat dan tingkatkan usaha serta semangat dengan belajar secara berterusan.
Selain di sekolah dan rumah, anda seharusnya mengambil peluang memanfaatkan masa yang ada, tidak kira di mana saja berada dengan membaca nota ringkas yang disediakan sebelum ini. Ini akan membantu anda mengingati semula apa yang telah dipelajari.
Dalam pada itu, kesihatan diri jangan diabaikan. Walaupun bersemangat untuk menduduki peperiksaan, janganlah keterlaluan hingga lupa makan dan minum. Ini kerana keadaan itu boleh menyebabkan anda jatuh sakit.
Tidur hendaklah mencukupi supaya anda sentiasa selesa dan dapat memberi tumpuan terhadap pelajaran sama ada ketika di sekolah mahupun sewaktu belajar sendiri di rumah. Kesihatan tubuh badan yang baik amat perlu, apatah lagi akan menduduki peperiksaan.
Buat seketika, lupakan dulu perkara-perkara lain yang anda minat, sebaliknya manfaat masa yang ada dengan mengulang kaji pelajaran. Ini kerana semua perkara itu boleh dilakukan kemudian berbanding peperiksaan yang kata orang sekali seumur hidup. Jangan lepaskan peluang keemasan itu.
Begitu juga dengan pengambilan makanan, seharusnya ia seimbang. Dalam masa beberapa hari ini juga, anda seharusnya makan makanan yang berzat dan boleh membantu mengembang dan mencergaskan minda anda.
Setelah segala persiapan diri sudah dilakukan, anda perlu pastikan keperluan peperiksaan yang lain tidak dilupakan, antaranya peralatan menulis khususnya pensel 2B, pemadam dan penajam pensel, jika tidak sediakan beberapa batang pensel. Pastikan peralatan ini disediakan lebih awal dan tidak lupa dibawa pada hari peperiksaan.
Sebaiknya tidurlah lebih awal pada malam hari peperiksaan. Langkah itu perlu supaya anda berasa segar dan dapat menghadapi kertas peperiksaan dengan tenang tanpa sebarang masalah.
b. Kedua, pada hari peperiksaan. Bangun dan pergi ke sekolah atau dewan peperiksaan lebih awal, bagaimanapun pastikan anda bersarapan terlebih dulu. Jika anda bangun lewat, bukan saja tidak sempat bersarapan, malah akan tergesa-gesa ke sekolah.
Ingat, perbuatan tergesa-gesa menjanjikan pelbagai masalah, antaranya membuatkan anda panik lalu tidak dapat menumpukan terhadap peperiksaan.
Sebelum itu, jangan lupa bersalaman dengan ibu bapa dan minta mereka mendoakan kita dapat menjawab soalan dengan jayanya.
Ketika berada dalam dewan peperiksaan, anda hendaklah dalam keadaan tenang dan anggaplah peperiksaan itu sebagai perkara biasa. Untuk menenangkan diri jika menggelabah, anda tariklah nafas panjang-panjang. Langkah itu membantu jantung anda mendapat bekalan oksigen yang mencukupi, sekali gus menghilangkan rasa gugup dan bimbang.
Apabila menjawab soalan, sekali lagi anda perlu tenang. Setelah diberi kebenaran oleh pengawas peperiksaan, jawablah soalan yang anda fikir mudah dulu. Jangan guna masa terlalu banyak untuk menjawab soalan sukar itu, sebaliknya terus selesaikan soalan lebih mudah. Soalan susah yang ditinggalkan sementara itu jangan diabaikan, tetapi dibuat kemudian.
Jika menjawab soalan objektif, ketelitian amat perlu. Menentukan pilihan jawapan yang tepat amat penting. Pastikan jawapan yang kita pilih dalam kertas soalan sama dengan huruf pada kertas jawapan. Seandainya tersalah tanda, padamkan betul-betul sehingga hilang tanda hitam pensel
Walaupun sudah yakin jawapan yang diberi, baik bagi soalan objektif mahupun subjektif, semakan sebelum kertas jawapan diserah kepada pengawas peperiksaan adalah perlu dalam memastikan semuanya betul dan sudah dijawab. Oleh itu, peruntukkan sedikit masa untuk tujuan semakan terakhir.
Pembahagian masa yang betul amat perlu ketika menjawab soalan. Gunakan masa yang diperuntukkan dengan berkesan. Jangan sekali-kali alpa atau khayal sewaktu menjawab kerana langkah itu akan merugikan anda.
c. Ketiga, selepas peperiksaan. Setelah menduduki sesuatu kertas peperiksaan, anda tidak digalakkan berbincang dulu dengan rakan atau sesiapa mengenainya. Ini perlu bagi mengelakkan perasaan kecewa jika didapati jawapan anda terpesong atau salah.
Jika ini berlaku, anda mungkin hilang semangat atau fikiran terganggu ketika menjawab kertas soalan berikutnya. Sebaiknya, bincang kertas soalan itu setelah peperiksaan berakhir.
Langkah terbaik, beri tumpuan penuh untuk menjawab soalan, bukannya menyemak jawapan.
6. Elakkan terbabit dengan situasi yang boleh mengganggu perasaan
Menjelang peperiksaan, pelbagai dugaan mungkin dihadapi. Oleh itu, anda seharusnya sentiasa bersedia menghadapi apa saja dugaan yang boleh mengganggu perasaan. Selepas menunaikan solat lima waktu, berdoalah supaya Allah SWT tenangkan perasaan dan dapat fokuskan tumpuan terhadap peperiksaan.
7. Berdoa dan bertawakal
Sering kali kita was-was ataupun tidak yakin dengan apa yang dilakukan. Dalam hal peperiksaan, anda tidak seharusnya kurang yakin dengan kemampuan diri jika sudah membuat persiapan rapi sejak awal lagi. Sepatutnya kita berdoa dan tawakal kepada Allah SWT kerana usaha itu adalah senjata terakhir bukan saja untuk membina keyakinan diri, malah mencapai kejayaan.
Itulah di antara tip-tip yang boleh digunakan oleh pelajar sebagai panduan persedian dan meghadapi peperiksaan tidak lama lagi. Di harap dengan panduan tip-tip di atas, pelajar-pelajar akan berkeyakinan dan membuat persiapan yang cukup untuk menghadapi ujian itu nanti.
kategori
tazkirah_sunny
Siapa Al-Masihuddajjal @ DAJJAL.....
"Dajjal penyibar pemikiran dan budaya kufur dan pencetus huru-hara di dunia. Dajjal atau Al-Masihuddajjal atau al-masih. Tidak ada sebelah mata dan tidak ada alis mata. Dajjal beasal dariperkataan "Dajlun" yang bermaksud "penutup". Iaitu penutup kebenaran dan kebatilan.
Al-Masihuddajjal adalah dajjal yang terakhir turun di dunia. Sebenar spesis dajjal telah berada di muka bumi. (Sabda Rasulullah s.a.w.: "sesungguhnya menjelang terjadi kiamat terdpat 30 DAJJAL PENDUSTA". hadis soheh dari riwayat Ahmad dari Ibn Umar.
Dajjal atau Al-Masihuddajjal dari keturunan kaum YAHUDI. perangainya cukup burukdan bentuk seperti SYAITAN. Dajjal dikelilingi oleh syaitan-syaitan dan diikuti oleh 70 ribu oarng Yahudi.
Ayah dan emak Dajjal seperti sabda Rasulullah s.a.w.....Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu bakar;: "Orang tua dajjal tidak pernag mendapat kan anak selama 30 tahun. Kemudian lahirlah dari kedua-duanya seorang anak lelaki bermata satu, berperangai buruk dan sangat sedikit manfaatnya.ketika matanya tertidur, hatinya tidaklah ikut tertidur. bapanya adalah seorang lelaki yang bertubuh tinggi, berhidung panjang seakan-akan paruh burung dab berkulit kasar. Ibunya adalah wanita yang berbadan besar, bertangan panjang dan payudaranya besar.".
Bentuk tubuh Dajjal @ Al-Masihuddajjal :- Rasulullah s.a.w. bersabda.... ..
"ternyata ia adalah seorang lelaki yang berbadan besar, merah, berambut kerinting dan bermata sebelah". Diriwayatkan Bukhari dari Ibn Umar.
"Sesunggunya Al-Masihuddajjal adalah seoarang lelaki yang pendek, hujung telapak kakinya berdekatan (rapat-rapat) , sedangkan tumitnya berjauhan, berambut kerinting, bermata sebelah dengan mata yang (sebelah lagi) terhapus (tidak ada lansung)." Diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
"Sesunggunya kepala Dajjal itu dari belakang terlihat tebal dan berkelok-kelok" . ' Diriwayatkan oleh Ahmad dari Hisyam bin Amir.
"Sesungguhnya Dajjal itu terhapus matanya yang sebelah kiri". Diriwayatkan oleh Ahmad dari Anas dan Abu huzaifah.
"Pada matanya sebelah kanan seakan-akan ia adalah satu biji anggur yang terapung (tersembul keluar)'." Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibn Umar.
" Bukankah sesungguhnya ia itu bermata satu atau sebelah, dan tertulis di antara kedua mata dajjal itu kata kafir, yang dapat dibaca oleh setiap MUKMIN". (Muttafuqun 'Alaih, dari Anas. sekian... "
Al-Masihuddajjal adalah dajjal yang terakhir turun di dunia. Sebenar spesis dajjal telah berada di muka bumi. (Sabda Rasulullah s.a.w.: "sesungguhnya menjelang terjadi kiamat terdpat 30 DAJJAL PENDUSTA". hadis soheh dari riwayat Ahmad dari Ibn Umar.
Dajjal atau Al-Masihuddajjal dari keturunan kaum YAHUDI. perangainya cukup burukdan bentuk seperti SYAITAN. Dajjal dikelilingi oleh syaitan-syaitan dan diikuti oleh 70 ribu oarng Yahudi.
Ayah dan emak Dajjal seperti sabda Rasulullah s.a.w.....Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu bakar;: "Orang tua dajjal tidak pernag mendapat kan anak selama 30 tahun. Kemudian lahirlah dari kedua-duanya seorang anak lelaki bermata satu, berperangai buruk dan sangat sedikit manfaatnya.ketika matanya tertidur, hatinya tidaklah ikut tertidur. bapanya adalah seorang lelaki yang bertubuh tinggi, berhidung panjang seakan-akan paruh burung dab berkulit kasar. Ibunya adalah wanita yang berbadan besar, bertangan panjang dan payudaranya besar.".
Bentuk tubuh Dajjal @ Al-Masihuddajjal :- Rasulullah s.a.w. bersabda.... ..
"ternyata ia adalah seorang lelaki yang berbadan besar, merah, berambut kerinting dan bermata sebelah". Diriwayatkan Bukhari dari Ibn Umar.
"Sesunggunya Al-Masihuddajjal adalah seoarang lelaki yang pendek, hujung telapak kakinya berdekatan (rapat-rapat) , sedangkan tumitnya berjauhan, berambut kerinting, bermata sebelah dengan mata yang (sebelah lagi) terhapus (tidak ada lansung)." Diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
"Sesunggunya kepala Dajjal itu dari belakang terlihat tebal dan berkelok-kelok" . ' Diriwayatkan oleh Ahmad dari Hisyam bin Amir.
"Sesungguhnya Dajjal itu terhapus matanya yang sebelah kiri". Diriwayatkan oleh Ahmad dari Anas dan Abu huzaifah.
"Pada matanya sebelah kanan seakan-akan ia adalah satu biji anggur yang terapung (tersembul keluar)'." Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibn Umar.
" Bukankah sesungguhnya ia itu bermata satu atau sebelah, dan tertulis di antara kedua mata dajjal itu kata kafir, yang dapat dibaca oleh setiap MUKMIN". (Muttafuqun 'Alaih, dari Anas. sekian... "
kategori
tazkirah_sunny
Zakat Fitrah Orang Yang Tidak Mampu
SOALAN : ustaz, ni nak tanya sikit,apa hukum zakat fitrah bagi orang yang bekerja tapi tak mampu nak bayar zakat fitrah sebab duit gaji dia dah habis bayar hutang?adakah wajib dia membayar?lagipun bukan kah dia tu tergolong didalam orang yang miskin maksudnya kan ada dalam pengertian orang yang miskin tu adalah dia bekerja tetapi pendapatan dia tak sampai setengah dari keperluannya sekeluarganya ataupun cukup untuk menanggung perbelanjaan nya sekeluarga.bukan kah macam tu?jadi sekiranya dia betul2 tak ada duit ada duit pun kena kasi bukan dia yang punya hasil titik peluh ertinya tak wajib lah dia membayar zakat tu kan?berdosa kah dia?boleh terangkan sikit ustaz...
Jawapan;
Antara syarat wajib zakat fitrah ialah mampu. Maksud mampu ialah mempunyai lebihan harta pada malam hari-raya dan juga siangnya setelah ditolak belanja keperluan diri dan orang-orang yang berada di bawah tanggungannya (termasuklah binatang peliharaannya) ; meramgkumi belanja makanan, pakaian, sewa rumah dan juga hutang.
Harta yang dihitung di sini ialah yang lain dari harta yang menjadi kegunaan sehari-harinya. Adapun harta yang diperlukan sehari-hari seperti rumah (tempat tinggal), kereta, perkakas/perabot, pakaian sehari-hari, buku-buku dan sebagainya tidak termasuk dalam perhitungan. Oleh itu, barang-barang tersebut tidak perlu dijual semata-mata untuk membayar zakat fitrah. Maka sekiranya seseorang itu benar-benar tidak mempunyai lebihan harta (yang lain dari harta-harta kegunaan harian tersebut), ia dikira tidak mampu dan tidak wajib membayar zakat fitrah.
Jika ia hanya mempunyai lebihan harta sedikit sahaja (katakanlah tidak sampai nilainya satu gantang), maka wajiblah ia keluarkan sekadar yang ada itu sahaja. Jika lebihan yang ada itu cukup untuk zakat fitrah dirinya sahaja (iaitu sekadar 1 gantang), maka keluarkanlah untuk dirinya sahaja. Jika lebihan yang ada itu hanya mencukupi untuk zakat fitrah sebahagian ahli-ahli tanggungannya sahaja, maka keluarkanlah untuk sebahagian mereka mengikut susunan keutamaan berikut;
1. Dirinya sendiri
2. Isterinya
3. Khadamnya
4. Anaknya yang kecil
5. Bapanya (jika bapanya berada di bawah tanggungan nafkahnya)
6. Ibunya (jika berada di bawah tanggungan nafkahnya)
7. Anaknya yang dewasa (jika tidak mampu mencari pendapatan sendiri)
8. Hambanya
Telah disebutkan di awal tadi bahawa; masa yang dijadikan perkiraan (bagi wujudnya lebihan itu) ialah malam hari raya dan siangnya (yakni sebelum terbenam matahari pada hari raya). Maka, sekalipun seseorang itu sebelum tiba masa tersebut ia tidak mempunyai lebihan harta, tetapi ketika tiba masa tersebut ia mendapati ada lebihan pada hartanya, ia tetap dituntut mengeluarkan zakat fitrah. Namun sekiranya ketika tiba masa tersebut ia masih tidak memiliki lebihan harta, tidaklah ia dituntut membayar zakat fitrah sekalipun ada kemungkinan selepas hari raya akan ada lebihan harta baginya kerana yang dihitung bukan kemungkinan akan datang tetapi keadaan yang sedia ada. Orang yang tidak dapat membayar zakat fitrah kerana tiada lebihan harta pada masa tersebut, ia tidak dituntut mengqadha’ zakat fitrahnya selepas hari raya sekalipun datang kemampuan kepadanya selepas hari raya itu.
Wallahu a’lam.
Rujukan;
1. Buku Zakat Fitrah, Us. Ahmad Adnan Fadzil.
Jawapan;
Antara syarat wajib zakat fitrah ialah mampu. Maksud mampu ialah mempunyai lebihan harta pada malam hari-raya dan juga siangnya setelah ditolak belanja keperluan diri dan orang-orang yang berada di bawah tanggungannya (termasuklah binatang peliharaannya) ; meramgkumi belanja makanan, pakaian, sewa rumah dan juga hutang.
Harta yang dihitung di sini ialah yang lain dari harta yang menjadi kegunaan sehari-harinya. Adapun harta yang diperlukan sehari-hari seperti rumah (tempat tinggal), kereta, perkakas/perabot, pakaian sehari-hari, buku-buku dan sebagainya tidak termasuk dalam perhitungan. Oleh itu, barang-barang tersebut tidak perlu dijual semata-mata untuk membayar zakat fitrah. Maka sekiranya seseorang itu benar-benar tidak mempunyai lebihan harta (yang lain dari harta-harta kegunaan harian tersebut), ia dikira tidak mampu dan tidak wajib membayar zakat fitrah.
Jika ia hanya mempunyai lebihan harta sedikit sahaja (katakanlah tidak sampai nilainya satu gantang), maka wajiblah ia keluarkan sekadar yang ada itu sahaja. Jika lebihan yang ada itu cukup untuk zakat fitrah dirinya sahaja (iaitu sekadar 1 gantang), maka keluarkanlah untuk dirinya sahaja. Jika lebihan yang ada itu hanya mencukupi untuk zakat fitrah sebahagian ahli-ahli tanggungannya sahaja, maka keluarkanlah untuk sebahagian mereka mengikut susunan keutamaan berikut;
1. Dirinya sendiri
2. Isterinya
3. Khadamnya
4. Anaknya yang kecil
5. Bapanya (jika bapanya berada di bawah tanggungan nafkahnya)
6. Ibunya (jika berada di bawah tanggungan nafkahnya)
7. Anaknya yang dewasa (jika tidak mampu mencari pendapatan sendiri)
8. Hambanya
Telah disebutkan di awal tadi bahawa; masa yang dijadikan perkiraan (bagi wujudnya lebihan itu) ialah malam hari raya dan siangnya (yakni sebelum terbenam matahari pada hari raya). Maka, sekalipun seseorang itu sebelum tiba masa tersebut ia tidak mempunyai lebihan harta, tetapi ketika tiba masa tersebut ia mendapati ada lebihan pada hartanya, ia tetap dituntut mengeluarkan zakat fitrah. Namun sekiranya ketika tiba masa tersebut ia masih tidak memiliki lebihan harta, tidaklah ia dituntut membayar zakat fitrah sekalipun ada kemungkinan selepas hari raya akan ada lebihan harta baginya kerana yang dihitung bukan kemungkinan akan datang tetapi keadaan yang sedia ada. Orang yang tidak dapat membayar zakat fitrah kerana tiada lebihan harta pada masa tersebut, ia tidak dituntut mengqadha’ zakat fitrahnya selepas hari raya sekalipun datang kemampuan kepadanya selepas hari raya itu.
Wallahu a’lam.
Rujukan;
1. Buku Zakat Fitrah, Us. Ahmad Adnan Fadzil.
kategori
soal jawab agama
Muhasabah: Setiap Muslim perlu jaga hati
Bulan Ramadan adalah masa paling sesuai untuk mengorak langkah menjadi insan cemerlang dari sudut amalan, cara hidup, berpakaian, berinteraksi sesama manusia, kerana di dalamnya disediakan sukatan (silibus) yang terbaik daripada Allah SWT.
Justeru, walaupun Ramadan telah berlalu, pasti terdapat insan bergelar graduan cemerlang ketika meraih hadiah kecemerlangan pada malam konvokesyen (Aidilfitri) dengan persiapan yang mantap dari sudut kesediaan sambutan yang diredai Allah SWT.
Iaitu sambutan menghidupkan malamnya dengan bertakbir, bertahmid, bertasbih, bertahlil, membaca al-Quran, berqiayamullail, ia bertujuan untuk menghidupkan hati manusia pada hari di mana Allah matikan hati mereka iaitu pada hari kiamat, ia bertepatan dengan sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud: "Sesiapa yang menghidupkan dua malam hari raya (Aidiladha dan Aidilfitri), maka hatinya tidak akan mati pada hari Allah matikan hati-hati manusia (akhirat)."
Justeru, Allah SWT akan mempersoal hati manusia ketika dia datang bertemu dengan-Nya pada hari kiamat mengenai apa dilakukan semasa di dunia. Hal ini ditegaskan Allah menerusi ayat 36 surah al-Israa maksudnya: "Dan janganlah engkau mengikut apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya; Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, semua anggota-anggota itu tetap akan ditanya tentang apa yang dilakukannya. "
Ini kerana hati manusia ibarat seorang raja yang boleh mengeluarkan arahan terhadap bala tenteranya. Dia boleh bertindak untuk menerus atau memberhentikan sesuatu peperangan jika dia melihatnya tidak memberi apa-apa keuntungan.
Baginda s.a.w. menganggapnya sebagai perkara yang utama dalam diri manusia, jika ia baik, maka baiklah seluruhnya anggota manusia, tetapi jika sebaliknya ia jahat, maka jahatlah seluruh anggotanya, itulah hati manusia. (Maksud sebahagian hadis riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim)
Paling penting, setiap Muslim perlu mencari jalan bagaimana mereka dapat meluruskan hati mereka daripada terkena virus penyakit berbahaya yang boleh mencacatkan hubungan mereka dengan Allah pada hari kiamat.
Ini kerana sesungguhnya hati yang hidup itu akan menikmati kebahagian seperti di bawah ini:
* Hidupnya hati adalah menjadi pokok pangkal hidupnya iman.
* Hidupnya hati adalah pokok pangkal hidupnya akhlaqul karimah.
* Hidupnya hati adalah pokok pangkal sebab dapatnya menerima hidayah Allah.
Allah SWT telah mengingatkan kita sebagai hamba-Nya agar membawa hati kita untuk bertemu-Nya pada hari kiamat dengan hati yang sejahtera.
Ini ia dirakam menerusi ayat 88-89 surah as-Syu'araa yang bermaksud: "Iaitu pada hari di mana harta dan anak-anak tidak berguna. Melainkan mereka yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (sejahtera). "
Iaitu sejahtera, bersih dan selamat daripada penglibatan dalam perkara syirik, nifaq atau tidak mempercayai akan kebesaran Allah SWT.
Apa yang perlu mereka ketahui, ialah bahawa hati manusia terbahagi kepada tiga jenis, satu positif dan dua yang lain adalah negatif, ia terserah kepada manusia Muslim untuk memilih salah satu daripada tiga jenis hati: (a) hati yang sejahtera (daripada segala bentuk khurafat, syirik, bidaah, nifaq), (b) hati yang mati dan (c) hati yang sakit.
Hati yang sejahtera
Iaitu hati yang sejahtera daripada menuruti hawa nafsu serakah yang menyalahi perintah Allah SWT, tidak terjebak dalam perlakuan syirik kepada-Nya, tidak melakukan tindakan yang menyalahi ajaran Rasul-Nya. Ia adalah hati yang sentiasa tunduk kepada kehendak Allah, mencintai-Nya lebih daripada isi dunia, takut kepada seksaan-Nya, rindu untuk menemui-Nya, ikhlas kerana-Nya, mengasihi seseorang Muslim dan membencinya kerana-Nya, sentiasa sokong dan cenderung kepada hukum-hakam- Nya, terselamat daripada jangkitan virus penyakit hati. Inilah hati yang hidup sejahtera, lembut, sedia menerima nasihat.
Hati yang mati
Iaitu hati yang berlawanan dengan hati yang sejahtera 100 peratus, iaitu membiarkan untuk tidak terus mengabdikan sebagai hamba Allah, menuruti hawa nafsu, menyanggah hukum-hukum- Nya, membenci golongan yang menyeru kepada kebaikan, menghalang majlis-majlis ilmu, tidak mahu menerima nasihat yang baik malah melawannya, bersahabat dengan orang-orang jahat. Itulah hati yang mati dengan Islam.
Hati yang sakit
Iaitu hati yang tidak konsisten, adakalnya cenderung kepada kebaikan dengan mendengar nasihat penceramah dan pada masa sama cenderung kepada kejahatan, inilah hati sekejap baik sekejap jahat.
Apa yang perlu kita tahu tentang persoalan hati?
Menurut Mahmoud Syal, seorang pengkaji agama di laman web islamonline. net, tanda-tanda hati yang sejahtera adalah:
1. Sentiasa mengarah tuan punya diri untuk terus mengingati dan bertaubat kepada Allah.
2. Sentiasa mengingatkan tuannya untuk beribadat kepada Allah.
3. Rasa selesa, seronok dan kelazatan beribadat lebih daripada kelazatan makanan dan minuman.
4. Memberi tumpuan sedalam-dalamnya terhadap apa yang dibaca khususnya ketika melaksanakan solat.
5. Mengingatkan tuannya agar sentiasa menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, sama ada perbuatan, kenyataan dan tindakan.
6. Reda terhadap pelaksanaan perintah Allah dan bersedia untuk meninggalkan segala tegahan dan larangan-Nya.
7. Seronok menghabiskan masa untuk Allah dan gelisah apabila habis untuk selain-Nya.
Tanda-tanda hati yang rosak
1. Hati tidak merasa bersalah apabila terlibat melakukan dosa dan maksiat.
2. Tidak terasa untuk melakukan taubat apabila melakukan kesalahan.
3. Merasa seronok bergelumang dalam dosa.
4. Tidak mempedulikan perintah Allah, malah suka terbabit pada larangan-Nya.
5. Benci kepada kebenaran dan cuba menghalang kemaraannya.
6. Benci kepada orang-orang soleh atau mereka yang suka melakukan kebaikan.
7. Suka bertengkar pada perkara yang tidak memberi manfaat untuk agama.
8. Menerima rasuah, sogokan, riba dan perkara haram serta merasakan keseronokannya.
9. Takut kepada orang yang gagah, tetapi sedikit pun tidak takut kepada Allah.
10. Benci kepada perkara makruf dan suka kepada perkara mungkar.
Kaedah rawatan penyakit hati
a) Mentarbiah hati supaya mencintai Allah dengan sedalam-dalamnya.
b) Membaca serta bertadarus (menyelidik) makna dan maksud-maksud ayat al-Quran.
c) Mendekatkan kepada Allah dengan amalan-amalan sunat.
d) Khusyuk dalam solat.
e) Memperbanyak zikir dan memohon ampun kepada Allah.
f) Melakukan kebaikan kerana ikhlas kepada Allah dan mengharapkan keredaan-Nya.
g) Melakukan amal dan ibadat berdasarkan perintah Allah dan Rasul.
h) Beriktikad dengan akidah yang betul.
i) Sentiasa melakukan muhasabah diri.
j) Memperuntukkan masa bagi Allah menerusi penggarapan ilmu-ilmu agama.
k) Memperbanyakkan qiyamullail, berdoa terutamanya pada sepertiga malam.
l) Tunduk dan khusyuk kepada Allah dalam segenap tindakan dan perbuatan.
m) Memastikan sumber makanan dan pakaian adalah halal di sisi Allah SWT.
n) Menundukkan penglihatan kepada perkara-perkara yang diharamkan Allah.
o) Suka menziarahi kubur dan mengingati mati.
p) Sentiasa bersyukur dan reda kepada Allah atas segala nikmat yang dikurniakan.
q) Suka membantu anak-anak yatim dan bermesra dengan mereka.
r) Suka bersahabat dan duduk dengan orang-orang soleh yang boleh dijadikan teladan.
Justeru, walaupun Ramadan telah berlalu, pasti terdapat insan bergelar graduan cemerlang ketika meraih hadiah kecemerlangan pada malam konvokesyen (Aidilfitri) dengan persiapan yang mantap dari sudut kesediaan sambutan yang diredai Allah SWT.
Iaitu sambutan menghidupkan malamnya dengan bertakbir, bertahmid, bertasbih, bertahlil, membaca al-Quran, berqiayamullail, ia bertujuan untuk menghidupkan hati manusia pada hari di mana Allah matikan hati mereka iaitu pada hari kiamat, ia bertepatan dengan sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud: "Sesiapa yang menghidupkan dua malam hari raya (Aidiladha dan Aidilfitri), maka hatinya tidak akan mati pada hari Allah matikan hati-hati manusia (akhirat)."
Justeru, Allah SWT akan mempersoal hati manusia ketika dia datang bertemu dengan-Nya pada hari kiamat mengenai apa dilakukan semasa di dunia. Hal ini ditegaskan Allah menerusi ayat 36 surah al-Israa maksudnya: "Dan janganlah engkau mengikut apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya; Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, semua anggota-anggota itu tetap akan ditanya tentang apa yang dilakukannya. "
Ini kerana hati manusia ibarat seorang raja yang boleh mengeluarkan arahan terhadap bala tenteranya. Dia boleh bertindak untuk menerus atau memberhentikan sesuatu peperangan jika dia melihatnya tidak memberi apa-apa keuntungan.
Baginda s.a.w. menganggapnya sebagai perkara yang utama dalam diri manusia, jika ia baik, maka baiklah seluruhnya anggota manusia, tetapi jika sebaliknya ia jahat, maka jahatlah seluruh anggotanya, itulah hati manusia. (Maksud sebahagian hadis riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim)
Paling penting, setiap Muslim perlu mencari jalan bagaimana mereka dapat meluruskan hati mereka daripada terkena virus penyakit berbahaya yang boleh mencacatkan hubungan mereka dengan Allah pada hari kiamat.
Ini kerana sesungguhnya hati yang hidup itu akan menikmati kebahagian seperti di bawah ini:
* Hidupnya hati adalah menjadi pokok pangkal hidupnya iman.
* Hidupnya hati adalah pokok pangkal hidupnya akhlaqul karimah.
* Hidupnya hati adalah pokok pangkal sebab dapatnya menerima hidayah Allah.
Allah SWT telah mengingatkan kita sebagai hamba-Nya agar membawa hati kita untuk bertemu-Nya pada hari kiamat dengan hati yang sejahtera.
Ini ia dirakam menerusi ayat 88-89 surah as-Syu'araa yang bermaksud: "Iaitu pada hari di mana harta dan anak-anak tidak berguna. Melainkan mereka yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (sejahtera). "
Iaitu sejahtera, bersih dan selamat daripada penglibatan dalam perkara syirik, nifaq atau tidak mempercayai akan kebesaran Allah SWT.
Apa yang perlu mereka ketahui, ialah bahawa hati manusia terbahagi kepada tiga jenis, satu positif dan dua yang lain adalah negatif, ia terserah kepada manusia Muslim untuk memilih salah satu daripada tiga jenis hati: (a) hati yang sejahtera (daripada segala bentuk khurafat, syirik, bidaah, nifaq), (b) hati yang mati dan (c) hati yang sakit.
Hati yang sejahtera
Iaitu hati yang sejahtera daripada menuruti hawa nafsu serakah yang menyalahi perintah Allah SWT, tidak terjebak dalam perlakuan syirik kepada-Nya, tidak melakukan tindakan yang menyalahi ajaran Rasul-Nya. Ia adalah hati yang sentiasa tunduk kepada kehendak Allah, mencintai-Nya lebih daripada isi dunia, takut kepada seksaan-Nya, rindu untuk menemui-Nya, ikhlas kerana-Nya, mengasihi seseorang Muslim dan membencinya kerana-Nya, sentiasa sokong dan cenderung kepada hukum-hakam- Nya, terselamat daripada jangkitan virus penyakit hati. Inilah hati yang hidup sejahtera, lembut, sedia menerima nasihat.
Hati yang mati
Iaitu hati yang berlawanan dengan hati yang sejahtera 100 peratus, iaitu membiarkan untuk tidak terus mengabdikan sebagai hamba Allah, menuruti hawa nafsu, menyanggah hukum-hukum- Nya, membenci golongan yang menyeru kepada kebaikan, menghalang majlis-majlis ilmu, tidak mahu menerima nasihat yang baik malah melawannya, bersahabat dengan orang-orang jahat. Itulah hati yang mati dengan Islam.
Hati yang sakit
Iaitu hati yang tidak konsisten, adakalnya cenderung kepada kebaikan dengan mendengar nasihat penceramah dan pada masa sama cenderung kepada kejahatan, inilah hati sekejap baik sekejap jahat.
Apa yang perlu kita tahu tentang persoalan hati?
Menurut Mahmoud Syal, seorang pengkaji agama di laman web islamonline. net, tanda-tanda hati yang sejahtera adalah:
1. Sentiasa mengarah tuan punya diri untuk terus mengingati dan bertaubat kepada Allah.
2. Sentiasa mengingatkan tuannya untuk beribadat kepada Allah.
3. Rasa selesa, seronok dan kelazatan beribadat lebih daripada kelazatan makanan dan minuman.
4. Memberi tumpuan sedalam-dalamnya terhadap apa yang dibaca khususnya ketika melaksanakan solat.
5. Mengingatkan tuannya agar sentiasa menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, sama ada perbuatan, kenyataan dan tindakan.
6. Reda terhadap pelaksanaan perintah Allah dan bersedia untuk meninggalkan segala tegahan dan larangan-Nya.
7. Seronok menghabiskan masa untuk Allah dan gelisah apabila habis untuk selain-Nya.
Tanda-tanda hati yang rosak
1. Hati tidak merasa bersalah apabila terlibat melakukan dosa dan maksiat.
2. Tidak terasa untuk melakukan taubat apabila melakukan kesalahan.
3. Merasa seronok bergelumang dalam dosa.
4. Tidak mempedulikan perintah Allah, malah suka terbabit pada larangan-Nya.
5. Benci kepada kebenaran dan cuba menghalang kemaraannya.
6. Benci kepada orang-orang soleh atau mereka yang suka melakukan kebaikan.
7. Suka bertengkar pada perkara yang tidak memberi manfaat untuk agama.
8. Menerima rasuah, sogokan, riba dan perkara haram serta merasakan keseronokannya.
9. Takut kepada orang yang gagah, tetapi sedikit pun tidak takut kepada Allah.
10. Benci kepada perkara makruf dan suka kepada perkara mungkar.
Kaedah rawatan penyakit hati
a) Mentarbiah hati supaya mencintai Allah dengan sedalam-dalamnya.
b) Membaca serta bertadarus (menyelidik) makna dan maksud-maksud ayat al-Quran.
c) Mendekatkan kepada Allah dengan amalan-amalan sunat.
d) Khusyuk dalam solat.
e) Memperbanyak zikir dan memohon ampun kepada Allah.
f) Melakukan kebaikan kerana ikhlas kepada Allah dan mengharapkan keredaan-Nya.
g) Melakukan amal dan ibadat berdasarkan perintah Allah dan Rasul.
h) Beriktikad dengan akidah yang betul.
i) Sentiasa melakukan muhasabah diri.
j) Memperuntukkan masa bagi Allah menerusi penggarapan ilmu-ilmu agama.
k) Memperbanyakkan qiyamullail, berdoa terutamanya pada sepertiga malam.
l) Tunduk dan khusyuk kepada Allah dalam segenap tindakan dan perbuatan.
m) Memastikan sumber makanan dan pakaian adalah halal di sisi Allah SWT.
n) Menundukkan penglihatan kepada perkara-perkara yang diharamkan Allah.
o) Suka menziarahi kubur dan mengingati mati.
p) Sentiasa bersyukur dan reda kepada Allah atas segala nikmat yang dikurniakan.
q) Suka membantu anak-anak yatim dan bermesra dengan mereka.
r) Suka bersahabat dan duduk dengan orang-orang soleh yang boleh dijadikan teladan.
kategori
tazkirah_sunny
Membuat blog tersenarai di search engine
Tips @ Petua Oleh solehpolysas
"Bagaimana caranya untuk kita membuat web/blog kita tersenarai di search
engine? pelbagai cara anda boleh lakukan untuk memastikan web/blog anda
tersenarai di search engine. Antara tips dan trick yang soleh lakukan adalah
meta tag.
Meta Tag
Meta tag merupakan perkara yang penting didalam membina web/blog. Ini
membolehkan web/blog kita tersenarai didalam search engine. Meta tag mengandungi
ringkasan tentang laman web kita. Terdapat 2 meta tag yang sangat penting iaitu
"description" dan "keyword". Pastikan laman web/blog anda mengandunginya.
antara contoh meta tag :
Ini adalah contoh meta tag soleh. Meta tag ini anda letakkan selepas coding
web/blog anda.
Anda boleh meletakkan sebanyak mana keyword untuk web/blog anda. Jika anda tiada
idea, anda gunakanla keyword yang dicadangkan.
Anda boleh lihat meta tag yang digunakan oleh web/blog yang mempunyai ranking
tertinggi di search engine. Caranya ialah anda view source web/blog mereka.
- untuk internet explorer (IE) : di atas sekali ada menu VIEW,
anda klik pada view dan pilih source. Anda lihat pada meta tag mereka.
- untuk Monzilla Firefox : anda klik pada menu view, dan pilih Page Source atau
anda boleh mengggunakan shortcut dengan klik Ctrl + U.
Awas : isi kandungan
Search engine tidak suka kepada kandungan yang serupa atau duplicate. Ini akan
memyebabkan web/blog anda tidak tersenarai di search engine. Anda boleh copy
kandungan dari web/blog lain tetapi pastikan anda mengubah 30%-40% isi
kandungannya anda ubah. Ini akan dikira milik anda yang unik jika anda
mengubahnya.
jika coding diatas tidak dapat dilihat, sila rujuk di blog asal.. solehpolysas blog
"Bagaimana caranya untuk kita membuat web/blog kita tersenarai di search
engine? pelbagai cara anda boleh lakukan untuk memastikan web/blog anda
tersenarai di search engine. Antara tips dan trick yang soleh lakukan adalah
meta tag.
Meta Tag
Meta tag merupakan perkara yang penting didalam membina web/blog. Ini
membolehkan web/blog kita tersenarai didalam search engine. Meta tag mengandungi
ringkasan tentang laman web kita. Terdapat 2 meta tag yang sangat penting iaitu
"description" dan "keyword". Pastikan laman web/blog anda mengandunginya.
antara contoh meta tag :
Ini adalah contoh meta tag soleh. Meta tag ini anda letakkan selepas coding
web/blog anda.
Anda boleh meletakkan sebanyak mana keyword untuk web/blog anda. Jika anda tiada
idea, anda gunakanla keyword yang dicadangkan.
Anda boleh lihat meta tag yang digunakan oleh web/blog yang mempunyai ranking
tertinggi di search engine. Caranya ialah anda view source web/blog mereka.
- untuk internet explorer (IE) : di atas sekali ada menu VIEW,
anda klik pada view dan pilih source. Anda lihat pada meta tag mereka.
- untuk Monzilla Firefox : anda klik pada menu view, dan pilih Page Source atau
anda boleh mengggunakan shortcut dengan klik Ctrl + U.
Awas : isi kandungan
Search engine tidak suka kepada kandungan yang serupa atau duplicate. Ini akan
memyebabkan web/blog anda tidak tersenarai di search engine. Anda boleh copy
kandungan dari web/blog lain tetapi pastikan anda mengubah 30%-40% isi
kandungannya anda ubah. Ini akan dikira milik anda yang unik jika anda
mengubahnya.
jika coding diatas tidak dapat dilihat, sila rujuk di blog asal.. solehpolysas blog
kategori
ICT
Sunday, October 12
Ganjaran puasa enam
PUASA enam hari pada bulan Syawal adalah kesinambungan kepada ibadat puasa sebulan yang diwajibkan pada Ramadan.
Walaupun tidak berdosa sekiranya tidak dilakukan, tetapi hakikatnya puasa sunat enam hari pada bulan Syawal adalah ibadat yang penuh bermakna, malah ia amalan generasi soleh yang terdahulu.
Nabi s.a.w ada menjelaskan ganjaran kepada mereka yang berpuasa enam hari pada Syawal melalui beberapa hadisnya, antaranya hadis diriwayatkan Muslim yang bermaksud: “Sesiapa berpuasa pada Ramadan, kemudian diiringi dengan (puasa) enam hari Syawal, maka dia seperti berpuasa satu tahun penuh.”
Menerusi hadis lain yang dikeluarkan At-Tabrani dengan sanadnya daripada Ibnu Umar r.a, Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: “Sesiapa yang berpuasa pada Ramadan dan diiringi dengan puasa enam hari pada Syawal, nescaya hilang segala dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.”
Penegasan baginda itu menunjukkan puasa enam hari bulan Syawal amat digalakkan walaupun ia tidak sampai tahap wajib, kerana ganjarannya sangat besar.
Nabi s.a.w sendiri menggalakkan umatnya rajin beribadat, dengan ibadat fardu disusuli dengan amalan sunat. Baginda ada menerangkan Allah S.W.T amat suka kepada hamba-Nya yang rajin beribadat, seperti pada hadis berikut:
Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya: “Sesungguhnya Allah berfirman yang maksudnya: “Sesiapa yang memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya aku mengisytiharkan perang terhadapnya. Dan tiada seorang hamba-Ku yang bertaqarrub (beramal) kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai hanya dari ia menunaikan semua yang Aku fardukan ke atas dirinya. Dan hendaklah hamba-Ku sentiasa bertaqarrub dirinya kepada-Ku dengan nawafil (ibadat sunat) sehingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, nescaya adalah Aku sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan sebagai penglihatannya yang ia melihat dengannya, dan sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya, dan sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan jika ia meminta kepada-Ku nescaya Aku berikan kepadanya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku nescaya Aku lindungi.” (Hadis riwayat Al-Bukhari)
Jika berpuasa pada Ramadan terpaksa menahan lapar dan dahaga, berpuasa enam hari pada Syawal tidak kurang juga menuntut ketabahan, malah apabila diperhatikan bahangnya lebih terasa kerana ketika berpuasa orang lain ‘berbuka.’
Tetapi sedar atau tidak, ibadat sunat enam hari itu juga adalah penanda aras keimanan dan ketakwaan seseorang terhadap Allah; sanggup berlapar dan dahaga ketika musim orang menikmati aneka juadah, semata-mata kerana menyahut anjuran agama.
Menurut ulama, puasa sunat enam hari pada Syawal sebaik-baiknya (lebih afdal) dilakukan berturut-turut, dimulai pada hari kedua Syawal dan diikuti lima hari lagi berturut-turut.
Tetapi jika tidak dapat, boleh dilakukan pada mana-mana hari asalkan masih di dalam Syawal dan boleh dengan tidak berturut-turut asalkan cukup enam hari.
Sesetengah ulama pula berpendapat puasa enam itu boleh dilakukan secara berselang-seli atau tidak terus menerus sepanjang Syawal.
Ulama juga berbeza pendapat antara puasa sunat enam hari pada bulan Syawal dengan puasa ganti (qada) Ramadan.
Pendapat pertama mengatakan tidak dibolehkan niat puasa ganti bersama puasa sunat Syawal. Ini kerana berdasarkan hadis setiap amalan berdasarkan niat.
Sebagai contoh, Majlis Ugama Islam Singapura (Muis) dalam menggariskan adakah puasa enam boleh diniat sekali dengan puasa ganti: ‘Niat puasa enam tidak boleh disekalikan dengan puasa
qada.
Imam As-Syafi’i (di dalam Kitab Al-Umm) berpendapat dalam mensyarahkan bab ‘setiap amalan dengan niatnya’ bahawa: Hendaklah dibezakan ibadat puasa Ramadan, puasa nazar, puasa kafarah, puasa qada dan puasa sunat.
Imam Jalaluddin As-Suyuti (di dalam Kitab Al-Isybah) juga berpendapat hendaklah diasingkan puasa Ramadan atau nazar atau puasa sunat. Namun, seseorang yang berniat puasa qada ketika Syawal boleh juga dikurniakan pahala puasa enam (tanpa menjatuhkan niat itu) mengikut pendapat
sebahagian ulama.’
Pendapat kedua mengatakan dibolehkan niat bersama, malah memadai seseorang yang ingin melakukan puasa qada dan puasa sunat enam hari dengan berniat hanya puasa qada pada bulan Syawal.
Mereka akan mendapat dua ganjaran sekali gus dengan syarat dia perlu berniat puasa qada terlebih dulu. Ini kerana puasa qada adalah wajib dan puasa enam adalah sunat.
Hal yang sama berlaku ke atas solat tahiyatul masjid. Jika seseorang memasuki masjid dan terus melakukan solat fardu, maka dia akan diberi ganjaran dua pahala sekali gus.
Bekas ketua jawatankuasa fatwa al-Azhar, Sheikh ‘Atiyyah Saqr, berkata seseorang yang tertinggal puasa pada Ramadan boleh berpuasa sunat enam hari Syawal dengan niat bersama puasa ganti.
Menurutnya, orang yang berpuasa itu akan mendapat ganjaran berganda secara serentak; menggantikan puasa yang ditinggal dan mendapat ganjaran puasa enam hari Syawal.
“Bagaimanapun, dianjurkan seseorang itu menggantikan puasa tertinggal secara berasingan dengan puasa enam hari Syawal (supaya mendapat ganjaran yang lebih),” katanya.
Ada juga ulama berpendapat puasa enam seharusnya didahulukan kerana ia hanya boleh diamalkan pada bulan Syawal saja. Bagi puasa qada, ia boleh dilakukan dalam tempoh 10 bulan berikutnya sebelum tibanya Ramadan akan datang.
Sesetengah ulama berpendapat, orang yang mempunyai hutang puasa Ramadan hendaklah ‘membayar’ terlebih dulu, kemudian baru dikerjakan sunat puasa enam. Tidak mendapat sunat puasa enam jika ia juga diniatkan sebagai puasa qada.
Perbezaan pendapat itu sudah tentu memberikan pilihan dan ruang kepada umat Islam dalam melaksanakan amal ibadat, sesuai dengan konsep taysir (kelapangan) yang menjadi satu aspek penting dalam syariah, selagi mana tiada larangan terhadapnya.
Walaupun tidak berdosa sekiranya tidak dilakukan, tetapi hakikatnya puasa sunat enam hari pada bulan Syawal adalah ibadat yang penuh bermakna, malah ia amalan generasi soleh yang terdahulu.
Nabi s.a.w ada menjelaskan ganjaran kepada mereka yang berpuasa enam hari pada Syawal melalui beberapa hadisnya, antaranya hadis diriwayatkan Muslim yang bermaksud: “Sesiapa berpuasa pada Ramadan, kemudian diiringi dengan (puasa) enam hari Syawal, maka dia seperti berpuasa satu tahun penuh.”
Menerusi hadis lain yang dikeluarkan At-Tabrani dengan sanadnya daripada Ibnu Umar r.a, Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya: “Sesiapa yang berpuasa pada Ramadan dan diiringi dengan puasa enam hari pada Syawal, nescaya hilang segala dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.”
Penegasan baginda itu menunjukkan puasa enam hari bulan Syawal amat digalakkan walaupun ia tidak sampai tahap wajib, kerana ganjarannya sangat besar.
Nabi s.a.w sendiri menggalakkan umatnya rajin beribadat, dengan ibadat fardu disusuli dengan amalan sunat. Baginda ada menerangkan Allah S.W.T amat suka kepada hamba-Nya yang rajin beribadat, seperti pada hadis berikut:
Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya: “Sesungguhnya Allah berfirman yang maksudnya: “Sesiapa yang memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya aku mengisytiharkan perang terhadapnya. Dan tiada seorang hamba-Ku yang bertaqarrub (beramal) kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai hanya dari ia menunaikan semua yang Aku fardukan ke atas dirinya. Dan hendaklah hamba-Ku sentiasa bertaqarrub dirinya kepada-Ku dengan nawafil (ibadat sunat) sehingga Aku mencintainya. Maka apabila Aku telah mencintainya, nescaya adalah Aku sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan sebagai penglihatannya yang ia melihat dengannya, dan sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya, dan sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan jika ia meminta kepada-Ku nescaya Aku berikan kepadanya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku nescaya Aku lindungi.” (Hadis riwayat Al-Bukhari)
Jika berpuasa pada Ramadan terpaksa menahan lapar dan dahaga, berpuasa enam hari pada Syawal tidak kurang juga menuntut ketabahan, malah apabila diperhatikan bahangnya lebih terasa kerana ketika berpuasa orang lain ‘berbuka.’
Tetapi sedar atau tidak, ibadat sunat enam hari itu juga adalah penanda aras keimanan dan ketakwaan seseorang terhadap Allah; sanggup berlapar dan dahaga ketika musim orang menikmati aneka juadah, semata-mata kerana menyahut anjuran agama.
Menurut ulama, puasa sunat enam hari pada Syawal sebaik-baiknya (lebih afdal) dilakukan berturut-turut, dimulai pada hari kedua Syawal dan diikuti lima hari lagi berturut-turut.
Tetapi jika tidak dapat, boleh dilakukan pada mana-mana hari asalkan masih di dalam Syawal dan boleh dengan tidak berturut-turut asalkan cukup enam hari.
Sesetengah ulama pula berpendapat puasa enam itu boleh dilakukan secara berselang-seli atau tidak terus menerus sepanjang Syawal.
Ulama juga berbeza pendapat antara puasa sunat enam hari pada bulan Syawal dengan puasa ganti (qada) Ramadan.
Pendapat pertama mengatakan tidak dibolehkan niat puasa ganti bersama puasa sunat Syawal. Ini kerana berdasarkan hadis setiap amalan berdasarkan niat.
Sebagai contoh, Majlis Ugama Islam Singapura (Muis) dalam menggariskan adakah puasa enam boleh diniat sekali dengan puasa ganti: ‘Niat puasa enam tidak boleh disekalikan dengan puasa
qada.
Imam As-Syafi’i (di dalam Kitab Al-Umm) berpendapat dalam mensyarahkan bab ‘setiap amalan dengan niatnya’ bahawa: Hendaklah dibezakan ibadat puasa Ramadan, puasa nazar, puasa kafarah, puasa qada dan puasa sunat.
Imam Jalaluddin As-Suyuti (di dalam Kitab Al-Isybah) juga berpendapat hendaklah diasingkan puasa Ramadan atau nazar atau puasa sunat. Namun, seseorang yang berniat puasa qada ketika Syawal boleh juga dikurniakan pahala puasa enam (tanpa menjatuhkan niat itu) mengikut pendapat
sebahagian ulama.’
Pendapat kedua mengatakan dibolehkan niat bersama, malah memadai seseorang yang ingin melakukan puasa qada dan puasa sunat enam hari dengan berniat hanya puasa qada pada bulan Syawal.
Mereka akan mendapat dua ganjaran sekali gus dengan syarat dia perlu berniat puasa qada terlebih dulu. Ini kerana puasa qada adalah wajib dan puasa enam adalah sunat.
Hal yang sama berlaku ke atas solat tahiyatul masjid. Jika seseorang memasuki masjid dan terus melakukan solat fardu, maka dia akan diberi ganjaran dua pahala sekali gus.
Bekas ketua jawatankuasa fatwa al-Azhar, Sheikh ‘Atiyyah Saqr, berkata seseorang yang tertinggal puasa pada Ramadan boleh berpuasa sunat enam hari Syawal dengan niat bersama puasa ganti.
Menurutnya, orang yang berpuasa itu akan mendapat ganjaran berganda secara serentak; menggantikan puasa yang ditinggal dan mendapat ganjaran puasa enam hari Syawal.
“Bagaimanapun, dianjurkan seseorang itu menggantikan puasa tertinggal secara berasingan dengan puasa enam hari Syawal (supaya mendapat ganjaran yang lebih),” katanya.
Ada juga ulama berpendapat puasa enam seharusnya didahulukan kerana ia hanya boleh diamalkan pada bulan Syawal saja. Bagi puasa qada, ia boleh dilakukan dalam tempoh 10 bulan berikutnya sebelum tibanya Ramadan akan datang.
Sesetengah ulama berpendapat, orang yang mempunyai hutang puasa Ramadan hendaklah ‘membayar’ terlebih dulu, kemudian baru dikerjakan sunat puasa enam. Tidak mendapat sunat puasa enam jika ia juga diniatkan sebagai puasa qada.
Perbezaan pendapat itu sudah tentu memberikan pilihan dan ruang kepada umat Islam dalam melaksanakan amal ibadat, sesuai dengan konsep taysir (kelapangan) yang menjadi satu aspek penting dalam syariah, selagi mana tiada larangan terhadapnya.
kategori
tazkirah_sunny
Saturday, October 11
PMR 2008
Selamat Menduduki PMR kepada semua calon PMR SMKA Maahad Muar.Guru-guru SMKA Maahad Muar sentiasa mendoakan kejayaan anda dengan cemerlang 9A.
Belajar Bahasa Arab
Belajar Bahasa Arab
kategori
umum
Thursday, October 9
Waktu makruh mendirikan solat sunat tidak bersebab
oleh TGHNAA
Andai kata dengan hanya sekali mendirikan solat 'istikharah' belum mendapat sebarang tanda kebaikan, ulangi kali kedua dan seterusnya.
Di kalangan ulama ada yang berpendapat bahawa ulangi solat teresebut hingga satu minggu.
Kadang kala Tuhan buka pintu hati kita dengan istikharah itu, ada ketikanya Tuhan kurniakan melalui sahabat yang ikhlas.
Dalam perbualan ditakdirkan sahabat itu menyentuh perkara tersebut, lalu terjawablah istikharahnya kepada Alah SWT.
Ada kalanya Tuhan kurniakan petunjuk melalui mimpi dengan jelas, diceritakan secara nyata dan fahamlah melalui mimpi itu. Ada ketikanya mimpi itu memerlukan 'ta'bir' melalui orang yang arif tentang rahsia mimpi.
Kini tiba ketikanya untuk menghuraikan tentang waktu yang makruh untuk tunaikan solat sunat. Dalam erti kata bahawa masa 24 jam yang dikurniakan Allah SWT, tidak seluruh waktu boleh digunakan untuk solat.
Meskipun solat merupakan ibadat yang terunggul di sisi Allah SWT, namun ibadat tersebut mesti mengikut cara peraturan yang dikehendaki- Nya.
Walau bagaimana indah dan baiknya sesuatu ibadat mengikut pandangan sendiri, Tuhan akan ditolak ibadah itu sekiranya tidak menepati kehendak Allah SWT.
Dalam banyak perkara yang perlu waspada adalah mengenai waktu, terdapat lima ketika yang makruh melakukan solat.
Pertama, selepas solat Ashar. Kedua, sesudah solat Subuh. Masa ketiga waktu gelincir tengah hari (zawal). Waktu keempat ketika mata hari sedang naik di ufuk timur. Detik kelima ketika mata hari sedang jatuh di ufuk Barat.
Semua lima waktu yang dinyatakan itu makruh mendirikan solat yang tidak bersebab, seperti solat sunat mutlaq, termasuk solat sunat hajat kerana yang menjadi sebab musababnya muncul kemudian (mutakhir).
Adapun solat yang bersebab seperti qadha solat ratibah (kapit solat fardhu) lantaran sesuatu sebab, dengan mengqadha solat ratibah bagi melazimkan solat sunat tersebut yang lazimnya dilakukan. Hanya lantaran keuzuran tertentu solat tersebut tertinggal.
Termasuk dalam solat bersebab ialah solat gerhana (kusyuf), solat jenazah. Bagi solat bersebab tidak dimakruhkan melakukannya pada lima ketika yang dinyatakan itu.
Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. sendiri, diriwayatkan: Bahawa Nabi s.a.w. pernah solat dua rakaat selepas solat Ashar, lalu seorang sahabat bertanya; ya Rasulullah, bukankah kamu pernah melarang kami solat selepas solat Ashar?
Berkata Nabi s.a.w.: "Bahawa dua rakaat yang aku dirikan itu sebagai ganti (qadha) solat dua rakaat selepas Zuhur, oleh kerana ada tamu datang ke rumahku menyebabkan aku tidak sempat solat sunat selepas Zuhur."
Hadis kedua yang menjadi dalil bahawa Nabi s.a.w. pernah menggunakan waktu yang makruh untuk qadha solat tahajud, hadis tersebut riwayat Saiyidatina 'Aisyah r. anha katanya: "Nabi s.a.w. apabila sekali sekali terlalu mengantuk atau sakit, menyebabkan beliau tidak boleh bangun malam untuk tahajud, maka baginda s.a.w. qadha solat pada awal pagi (selepas solat Subuh) dua belas rakaat."
Hadis tersebut menunjukkan bahawa Nabi s.a.w. pernah mendirikan solat qadha tahajud pada awal pagi, iaitu waktu yang dimakruhkan mendirikan solat yang tidak bersebab.
Oleh kerana Nabi s.a.w. mempunyai sebab mengapa beliau tidak dapat bangun solat tahajud malam, maka digantinya solat tahajud itu pada awal pagi.
Rahsia dimakruhkan oleh syara' mendirikan solat pada waktu tersebut ialah untuk mengelak daripada menyerupai penganut agama para penyembah mata hari.
Sesungguhnya Islam mengajar umatnya supaya beribadat dengan caranya sendiri, seperti yang ditegaskan oleh al-Quran dan sunnah Nabi s.a.w. Tidak meniru atau menyerupai ibadat agama lain termasuk penyembah mata hari.
'Illat tersebut meskipun berkait khusus dengan perkara solat, namun ia meliputi perkara yang lain termasuklah dalam soal akhlak atau adab dan soal menutup aurat (terutama bagi wanita) yang diwajibkan menurut al-Quran, hatta berpolitik dan mentadbir negara secara Islam.
Dengan cara demikian jelaslah perbezaan antara peribadi atau cara hidup orang Islam yang beriman, dengan masyarakat kuffar yang lain.
Kemurnian Islam amat nyata pada pandangan masyarakat umum, antara cara hidup orang yang berlandaskan iman kerana beramal dengan syari'at Islam, dengan golongan yang mencabar syari'at Allah SWT.
Di antara jenis ibadat di kalangan manusia kufur kepada Allah SWT ialah ibadat menyembah mata hari. Ibadat tersebut dilakukan ketika mata hari naik di awal pagi, ketika tengah hari mata hari gelincir (zawal) dan ketika mata hari jatuh ketika senja.
Justeru jika umat Islam mendirikan solat ketika tersebut, ia dianggap menyerupai ibadat penyembah mata hari, kecuali solat qadha dan solat yang bersebab.
Berdasarkan peristiwa qadha solat sunat yang berlaku kepada Nabi s.a.w., Imam Ghazali juga berpendapat bukan saja solat sunat, tetapi seseorang mempunyai amalan wirid, lalu terhalang kerana sesuatu keuzuran, maka wirid tersebut perlu diqadha pada waktu yang lain. Sehingga dia merasa tidak mengapa duduk sahaja tanpa wirid itu.
Andai kata dengan hanya sekali mendirikan solat 'istikharah' belum mendapat sebarang tanda kebaikan, ulangi kali kedua dan seterusnya.
Di kalangan ulama ada yang berpendapat bahawa ulangi solat teresebut hingga satu minggu.
Kadang kala Tuhan buka pintu hati kita dengan istikharah itu, ada ketikanya Tuhan kurniakan melalui sahabat yang ikhlas.
Dalam perbualan ditakdirkan sahabat itu menyentuh perkara tersebut, lalu terjawablah istikharahnya kepada Alah SWT.
Ada kalanya Tuhan kurniakan petunjuk melalui mimpi dengan jelas, diceritakan secara nyata dan fahamlah melalui mimpi itu. Ada ketikanya mimpi itu memerlukan 'ta'bir' melalui orang yang arif tentang rahsia mimpi.
Kini tiba ketikanya untuk menghuraikan tentang waktu yang makruh untuk tunaikan solat sunat. Dalam erti kata bahawa masa 24 jam yang dikurniakan Allah SWT, tidak seluruh waktu boleh digunakan untuk solat.
Meskipun solat merupakan ibadat yang terunggul di sisi Allah SWT, namun ibadat tersebut mesti mengikut cara peraturan yang dikehendaki- Nya.
Walau bagaimana indah dan baiknya sesuatu ibadat mengikut pandangan sendiri, Tuhan akan ditolak ibadah itu sekiranya tidak menepati kehendak Allah SWT.
Dalam banyak perkara yang perlu waspada adalah mengenai waktu, terdapat lima ketika yang makruh melakukan solat.
Pertama, selepas solat Ashar. Kedua, sesudah solat Subuh. Masa ketiga waktu gelincir tengah hari (zawal). Waktu keempat ketika mata hari sedang naik di ufuk timur. Detik kelima ketika mata hari sedang jatuh di ufuk Barat.
Semua lima waktu yang dinyatakan itu makruh mendirikan solat yang tidak bersebab, seperti solat sunat mutlaq, termasuk solat sunat hajat kerana yang menjadi sebab musababnya muncul kemudian (mutakhir).
Adapun solat yang bersebab seperti qadha solat ratibah (kapit solat fardhu) lantaran sesuatu sebab, dengan mengqadha solat ratibah bagi melazimkan solat sunat tersebut yang lazimnya dilakukan. Hanya lantaran keuzuran tertentu solat tersebut tertinggal.
Termasuk dalam solat bersebab ialah solat gerhana (kusyuf), solat jenazah. Bagi solat bersebab tidak dimakruhkan melakukannya pada lima ketika yang dinyatakan itu.
Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. sendiri, diriwayatkan: Bahawa Nabi s.a.w. pernah solat dua rakaat selepas solat Ashar, lalu seorang sahabat bertanya; ya Rasulullah, bukankah kamu pernah melarang kami solat selepas solat Ashar?
Berkata Nabi s.a.w.: "Bahawa dua rakaat yang aku dirikan itu sebagai ganti (qadha) solat dua rakaat selepas Zuhur, oleh kerana ada tamu datang ke rumahku menyebabkan aku tidak sempat solat sunat selepas Zuhur."
Hadis kedua yang menjadi dalil bahawa Nabi s.a.w. pernah menggunakan waktu yang makruh untuk qadha solat tahajud, hadis tersebut riwayat Saiyidatina 'Aisyah r. anha katanya: "Nabi s.a.w. apabila sekali sekali terlalu mengantuk atau sakit, menyebabkan beliau tidak boleh bangun malam untuk tahajud, maka baginda s.a.w. qadha solat pada awal pagi (selepas solat Subuh) dua belas rakaat."
Hadis tersebut menunjukkan bahawa Nabi s.a.w. pernah mendirikan solat qadha tahajud pada awal pagi, iaitu waktu yang dimakruhkan mendirikan solat yang tidak bersebab.
Oleh kerana Nabi s.a.w. mempunyai sebab mengapa beliau tidak dapat bangun solat tahajud malam, maka digantinya solat tahajud itu pada awal pagi.
Rahsia dimakruhkan oleh syara' mendirikan solat pada waktu tersebut ialah untuk mengelak daripada menyerupai penganut agama para penyembah mata hari.
Sesungguhnya Islam mengajar umatnya supaya beribadat dengan caranya sendiri, seperti yang ditegaskan oleh al-Quran dan sunnah Nabi s.a.w. Tidak meniru atau menyerupai ibadat agama lain termasuk penyembah mata hari.
'Illat tersebut meskipun berkait khusus dengan perkara solat, namun ia meliputi perkara yang lain termasuklah dalam soal akhlak atau adab dan soal menutup aurat (terutama bagi wanita) yang diwajibkan menurut al-Quran, hatta berpolitik dan mentadbir negara secara Islam.
Dengan cara demikian jelaslah perbezaan antara peribadi atau cara hidup orang Islam yang beriman, dengan masyarakat kuffar yang lain.
Kemurnian Islam amat nyata pada pandangan masyarakat umum, antara cara hidup orang yang berlandaskan iman kerana beramal dengan syari'at Islam, dengan golongan yang mencabar syari'at Allah SWT.
Di antara jenis ibadat di kalangan manusia kufur kepada Allah SWT ialah ibadat menyembah mata hari. Ibadat tersebut dilakukan ketika mata hari naik di awal pagi, ketika tengah hari mata hari gelincir (zawal) dan ketika mata hari jatuh ketika senja.
Justeru jika umat Islam mendirikan solat ketika tersebut, ia dianggap menyerupai ibadat penyembah mata hari, kecuali solat qadha dan solat yang bersebab.
Berdasarkan peristiwa qadha solat sunat yang berlaku kepada Nabi s.a.w., Imam Ghazali juga berpendapat bukan saja solat sunat, tetapi seseorang mempunyai amalan wirid, lalu terhalang kerana sesuatu keuzuran, maka wirid tersebut perlu diqadha pada waktu yang lain. Sehingga dia merasa tidak mengapa duduk sahaja tanpa wirid itu.
kategori
tazkirah_sunny
Ayat surah yasin 58
Barangsiapa yang membaca YASSIN sepenuhnya dan pada ayat ke 58 surah tersebut " SALAMUUN QAULAN MIN RABBIN RAHIM " diulang sebanyak 7 kali untuk 7 niat baik mu, Insyallah dengan izin yang maha esa dan maha kuasa, semua hajatmu akan dikabulkan.
Jika boleh niatkan sebegini:
1) YA-ALLAH YA-RAHIM, Ampunkan dosa-dosaku dan saudara-maraku
2) YA-ALLAH YA-RAHMAN, Kurniakan aku isteri,suami,anak-anak yang soleh dan mencintai islam
3) YA-ALLAH YA-RAZZAK, Kurniakan aku rezeki yang berkat,kerja yang baik dan berjaya didunia dan akhirat.
4) YA-ALLAH YA-JABBAR, Makbulkan hajat penghantar maklumat yang aku dapat ini
5) YA-ALLAH YA-MUTAQABBIR, Jauhkan aku dari sifat khianat dan munafiq dan miskin
6) YA-ALLAH YA-WADUUD, Kurniakan aku dan seluruh umat muhammad yang beriman kesihatan zahir batin
7) YA-ALLAH YA-ZALJALA LIWAL IKRAM, Makbulkanlah semua hajatku, dan redhaikanlah aku.....
Jika boleh niatkan sebegini:
1) YA-ALLAH YA-RAHIM, Ampunkan dosa-dosaku dan saudara-maraku
2) YA-ALLAH YA-RAHMAN, Kurniakan aku isteri,suami,anak-anak yang soleh dan mencintai islam
3) YA-ALLAH YA-RAZZAK, Kurniakan aku rezeki yang berkat,kerja yang baik dan berjaya didunia dan akhirat.
4) YA-ALLAH YA-JABBAR, Makbulkan hajat penghantar maklumat yang aku dapat ini
5) YA-ALLAH YA-MUTAQABBIR, Jauhkan aku dari sifat khianat dan munafiq dan miskin
6) YA-ALLAH YA-WADUUD, Kurniakan aku dan seluruh umat muhammad yang beriman kesihatan zahir batin
7) YA-ALLAH YA-ZALJALA LIWAL IKRAM, Makbulkanlah semua hajatku, dan redhaikanlah aku.....
kategori
tazkirah_sunny
Wednesday, October 8
Puasa Enam dan Persoalan mengenainya
"بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسوله الأمين، وعلى آله وصحبه أجمعين.
Ibadah puasa adalah suatu amalan mulia yang amat digalakkan oleh Islam. Selain puasa fardhu Ramadhan, umat Islam juga boleh melakukan ibadat puasa sunat di luar bulan Ramadhan. Ada puasa sunat yang bersifat mingguan (seperti berpuasa pada hari isnin dan khamis), puasa bulanan (tiga hari dalam sebulan) dan puasa tahunan (hari Arafah, ’Asyura’ dan enam hari dalam bulan Syawal).
Puasa adalah satu ibadah yang besar keutamaannya. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahawa Rasulullah sallallahu’alaihiwas allam bersabda, Allah subhanahu wata’aala berfirman (dalam hadis Qudsi):
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ؛ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ... وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ . رواه مسلم.
Maksudnya: “Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia adalah untuk-Ku dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu).” (Rasulullah menjelaskan) : “Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, nafas orang yang berpuasa adalah lebih harum di sisi Allah berbanding wangian kasturi.” [Sahih Muslim no: 1151] Selain hadis di atas, terdapat banyak hadis lain yang menerangkan keutamaan puasa sunat.
Abu Said Al-Khudri ra berkata: Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللهِ بَعَّدَ اللهُ وَجْهَهُ عَنْ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا . رواه البخاري.
Maksudnya: “Sesiapa yang berpuasa satu hari pada jalan Allah, nescaya Allah swt menjauhkan mukanya dari api neraka selama 70 tahun”. [Sahih Al-Bukhari no: 2840]
Di antara puasa sunat ialah puasa enam hari pada bulan Syawal. Bersempena dengan bulan Syawal ini, artikel ini akan membincangkan tentang puasa sunat ini.
Dalil Puasa Sunat Enam Syawal.
Abu Ayyub Al-Ansari ra berkata: Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ. رواه مسلم.
Maksudnya: “Sesiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian dia mengiringinya dengan enam hari dari bulan Syawal maka seperti ia berpuasa sepanjang tahun.” [Sahih Muslim hadis no: 1164].
Di dalam hadis ini Rasulullah saw menyatakan bahawa puasa enam hari selepas bulan Ramadhan akan diganjari pahala seolah-olah berpuasa selama setahun.
Para ulama’ menghuraikan rahsia di sebalik ganjaran tersebut dengan mendatangkan dalil bahawa setiap amalan kebaikan manusia akan diganjari sebanyak 10 kali ganda. Puasa 30 hari di bulan Ramadhan diganjari sebanyak 300 hari, manakala puasa 6 hari di bulan Syawal pula diganjari dengan 60 hari. Jika dikira jumlahnya ialah 360 hari, ia hampir menyamai jumlah hari di dalam setahun sebanyak 360 hari. Sesungguhnya Allah swt maha berkuasa untuk memberikan ganjaran sebanyak mana yang dikehendaki- Nya.
Hikmah Puasa Sunat Enam Syawal.
Sebenarnya puasa enam hari ini mempunyai beberapa hikmah yang tertentu dari sudut kesihatan manusia itu sendiri. Puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan antaranya menyebabkan sistem percernaan di dalam badan berehat seketika di waktu siang selama sebulan. Kedatangan bulan Syawal pula menyebabkan seolah-olah ia mengalami kejutan dengan diberikan tugas mencerna pelbagai makanan pada hari raya dan hari-hari selepasnya. Oleh kerana itulah, puasa enam ini memberikan ruang kembali kepada sistem pencernaan badan untuk berehat dan bertugas secara beransur-ansur untuk kebaikan jasmani manusia itu sendiri.
Selain dari itu, sebagai manusia yang menjadi hamba kepada Allah swt, alangkah baiknya seandainya amalan puasa yang diwajibkan ke atas kita di bulan Ramadhan ini kita teruskan juga di bulan Syawal walaupun sekadar enam hari. Ini seolah-olah menunjukkan bahawa kita tidak melakukan ibadat puasa semata-mata kerana ia menjadi satu kewajipan tetapi kerana rasa diri kita sebagai seorang hamba yang benar-benar bersunguh-sungguh untuk taqarrub kepada tuhannya. Kerana itulah kata ulama’: “Betapa malangnya orang yang hanya mengenal Allah pada bulan Ramadhan, sedangakan pada bulan lain Allah swt dilupai”.
Hukum Puasa Sunat Enam Syawal.
Hukumnya adalah sunat. Berkata Imam An-Nawawi rh: “Hadis ini jelas menjadi dalil bagi mazhab Imam al-Syafi’e, Imam Ahmad, Daud dan ulama’ yang sependapat dengan mereka bahawa disunatkan berpuasa enam hari (pada bulan Syawal).
Imam Malik dan Imam Abu Hanifah pula menganggap hukumnya makruh. Sebabnya kerana bimbang orang ramai akan menyangka ia adalah sebahagian dari puasa Ramadhan (yang wajib hukumnya) padahal ia bukanlah dari puasa Ramadhan.” [Syarah Sahih Muslim 8/56]
Bilakah Dimulakan Puasa Sunat Enam Syawal?
Puasa sunat enam Syawal paling awal dimulakan pada 2 Syawal. Ini kerana tarikh 1 Syawal adalah hari Eidil Fitri dan kita dilarang dari berpuasa pada hari tersebut. Abu Hurairah ra berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ: يَوْمِ الأَضْحَى، وَيَوْمِ الْفِطْرِ . رواه مسلم.
Maksudnya: “Nabi saw melarang puasa pada hari (Eidil) Fitri dan (Eidil) Adha.” [Sahih Al-Bukhari no: 1991].
Bagaimana Melaksanakan Puasa Sunat Enam Syawal?
Syarat dan adab bagi puasa sunat enam Syawal adalah sama seperti puasa wajib pada bulan Ramadhan.
Persoalan yang menjadi perbincangan di kalangan para ulama’ ialah:
1- Adakah ia dilaksanakan secara berturut-turut selama enam hari atau secara terputus?
Pandangan yang lebih tepat adalah ia boleh dilakukan secara terputus (tidak berturut-turut) asalkan jumlah enam hari dicukupkan sebelum berakhirnya bulan Syawal. Ini kerana apabila Rasulullah saw menganjurkan puasa sunat enam hari ini, baginda menyebut bulan Syawal secara umum tanpa memberi ketentuan hari-harinya. Maka puasa enam tersebut boleh dilaksanakan pada mana-mana hari dalam bulan Syawal asalkan bukan pada 1 Syawal dan bukan sesudah berakhir bulan Syawal.
Namun adalah lebih afdhal disegerakan pelaksanaan puasa enam Syawal berdasarkan umum firman Allah swt:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . آل عمران: 133
Maksudnya: “Dan bersegeralah kamu kepada (mengerjakan amal-amal yang baik untuk mendapat) keampunan dari Tuhan kamu, dan (ke arah mendapatkan) Syurga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” [Surah Aali Imran:133]
2- Melaksanakan Puasa Sunat Enam Syawal Sebelum Mengqadha Puasa Ramadhan.
Wujud perbincangan di kalangan para ulama’, apakah dibolehkan berpuasa sunat enam Syawal jika seseorang itu memiliki hutang puasa Ramadhan yang belum diqadhanya? Ada dua pendapat ulama’ dalam masalah ini.
Pendapat Pertama: Boleh melakukannya, berdasarkan dalil bahawa Aisyah radhiallahu 'anha pernah mengakhirkan hutang puasa Ramadhan yang perlu diqadhanya hingga ke bulan Sya’ban yang akan datang. Aisyah ra berkata:
كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلا فِي شَعْبَانَ. قَالَ يَحْيَى: الشُّغْلُ مِنْ النَّبِيِّ أَوْ بِالنَّبِيِّ . رواه البخاري
Maksudnya: “Aku memiliki hutang puasa bulan Ramadhan. Aku tidak mampu mengqadhanya kecuali pada bulan Sya’ban.” Kerana sibuk (melayani) Rasulullah saw. [Sahih Muslim no: 1146. Sahih al-Bukhari, hadis no: 1950, penjelasan “kerana sibuk melayani Rasulullah saw” ialah penjelasan salah seorang perawi hadis yang bernama Yahya bin Sa‘id.]
Para ulama’ yang mengemukakan pendapat pertama berhujah, sudah tentu tidak mungkin isteri Rasulullah saw, yakni Aisyah ra, tidak melaksanakan puasa sunat enam Syawal. Pasti beliau melaksanakannya dan tindakan beliau yang mengqadha puasa Ramadhan pada bulan Sya’ban menunjukkan dibolehkan berpuasa sunat enam Syawal sekali pun seseorang itu memiliki hutang puasa Ramadhan.
Pendapat Kedua: Tidak boleh melakukannya, berdasarkan hadis yang menganjurkan puasa sunat enam Syawal itu sendiri yang telah dikemukakan di awal risalah ini. Hadis tersebut berbunyi: “Sesiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian dia mengiringinya dengan enam hari dari bulan Syawal maka seperti ia berpuasa sepanjang tahun.”
Rasulullah saw mensyaratkan “berpuasa Ramadhan” terlebih dahulu, kemudian barulah “mengiringinya dengan enam hari dari bulan Syawal”. Ini menunjukkan puasa sunat enam Syawal hanya dilaksanakan sesudah seseorang itu menggenapkan puasa Ramadhannya. Jika ada puasa Ramadhan ditinggalkan, ia perlu diqadha terlebih dahulu. Kemudian barulah diiringi dengan puasa sunat enam Syawal.
Kalau diperhatikan secara teliti, pendapat yang kedua lebih rajih (kuat); Kerana ianya lebih menepati dalil puasa sunat enam Syawal itu sendiri. Selain dari itu, membayar hutang yang wajib hendaklah didahulukan dari memberi sedekah yang sunat. Ini disokong dengan ayat 133 surah Aali Imran yang dikemukakan sebelum ini, yang menganjurkan kita untuk menyegerakan amal kebajikan. Sudah tentu amal yang wajib lebih perlu disegerakan daripada amal yang sunat.
Namun, sekiranya seorang itu tidak berkesempatan (disebabkan keuzuran) untuk melakukan qadha kemudian berpuasa enam dan dia berkeyakinan akan sempat mengqadhakannya sebelum Ramadhan tahun berikutnya, maka pendapat yang pertama boleh diterima, berdasarkan apa yang dilakukan oleh Aisyah ra.
Menurut Imam An-Nawawi rh, Mazhab Malik, Abu Hanifah, Asy-Syafie, Ahmad dan jumhur salaf dan khalaf mengatakan: “Qadha puasa Ramadhan bagi mereka yang berbuka kerana uzur seperti kedatangan haid dan musafir, maka kewajipan mengqadhanya adalah secara bertangguh (’ala at-tarakhi), tidak disyaratkan qadha terus apabila boleh melakukannya” . [Syarah Sahih Muslim 8/22].
Menurut Al-Khatib Asy-Syarbini: “Sesiapa yang tertinggal puasa Ramadhan, sunat dia mengqadhakannya secara berturut-turut dan makruh bagi orang yang ada qadha Ramadhan melakukan puasa sunat”. [Mughni Al-Muhtaj 2/181 cet, Darul Kutub Al-Ilmiah, Beirut].
3- Menggabungkan puasa qadha dan puasa enam.
Di antara persoalan yang sering timbul sekitar puasa enam ialah adakah harus menggabungkan di antara dua puasa iaitu puasa qadha dan puasa enam hari di bulan Syawal. Adakah diganjari dengan kedua-dua pahala tersebut dengan puasa yang satu?
Persoalan ini berlaku khilaf di kalangan ulama’, sebahagiannya yang berpendapat tidak boleh mencampurkan niat puasa sunat dengan puasa fardhu yang lain atau dengan puasa sunat yang lain, sekiranya dilakukan maka puasanya itu tidak sah, tidak bagi yang fardhu dan tidak bagi yang sunat.
Ada dikalangan ulama’ Syafi’iyyah berpendapat bahawa ganjaran puasa enam tetap akan diperolehi apabila seseorang berpuasa qadha sekalipun ia tidak berniat menggabungkan kedua-duanya, namun pahala yang diperolehi kurang daripada seorang yang berpuasa kedua-duanya secara berasingan. [Lihat: Hasyiah Asy-Syarqawi ‘Ala Tuhfah At-Tullab 1/428, cet, Darul Ma’rifah, Fatawa Al-Azhar 9/261 Al-Maktabah Asy-Syamilah]
Al-Khatib Asy-Syarbini berkata: “Jika seseorang berpuasa qadha atau puasa nazar atau puasa sunat yang lain di bulan Syawal, adakah dia mendapat pahala sunat (Syawal) atau tidak? Saya tidak mendapati pendapat ulama’ yang menyebut tentangnya, dan yang zahirnya adalah dapat pahala tersebut (pahala puasa yang diniatinya). Namun, dia tidak mendapat pahala sebagaimana yang disebut oleh hadis yang menerangkan tentang kelebihan puasa enam tadi, khasnya mereka yang tertinggal puasa Ramadhan kemudian berpuasa pada bulan Syawal. Ini kerana mereka tidak memenuhi maksud hadis tersebut (menyempurnakan puasa Ramadahan kemudian diikuti dengan puasa enam)”. [Mughni Al-Muhtaj 2/184 cet, Darul Kutub Al-Ilmiah, Beirut]
Setelah dikaji, pandangan ulama’ yang membolehkan puasa dua dalam satu ini, tidak bersandarkan mana-mana dalil al-Qur’an dan al-Sunnah. Mereka juga mengatakan amalan ini hanya mendapat pahala kerana kebetulan berpuasa qadha dalam bulan Syawal, sama seperti pahala sunat tahiyyatul masjid dengan solat fardhu (orang yang terus melakukan solat fardhu apabila masuk ke dalam masjid akan mendapat juga pahala sunat tahiyyatul masjid). Wallahu a’lam.
Oleh itu, lakukanlah dua ibadat puasa ini (fardhu dan sunat) secara berasingan, kerana sebagai seorang hamba yang tunduk kepada Allah SWT, memperbanyakkan amalan taqarrub dengan memisahkan di antara yang menjadi kewajipan dengan yang menjadi galakan (sunat) tentulah lebih menunjukkan kesungguhan diri sebagai seorang hamba yang mencari keredhaan Tuhannya. Ini juga lebih berhati-hati (ahwat) dalam ibadat, serta melakukan ibadat dengan yakin adalah lebih utama (aula), kerana ada pendapat ulama’ mengatakan tidak boleh mencampurkan niat puasa sunat dengan puasa fardhu yang lain atau dengan puasa sunat yang lain.
Sebagai kesimpulan, puasa sunat semata-mata kerana Allah (bukan kerana sakit atau ingin berdiet) mempunyai kelebihan yang besar di sisi Allah swt dan sangat digalakkan oleh Rasulullah saw.
Sebagaimana yang diketahui semua amalan sunat adalah sebagai penampal kepada mana-mana kekurangan dalam amalan fardhu. Puasa enam hari pada bulan Syawal ini pula thabit dari sunnah Rasulullah saw. Sepatutnyalah kita mengambil peluang ini untuk berpuasa enam hari pada bulan Syawal.
Sempurnakan dahulu qadha beberapa hari yang tertinggal, kerana kita tidak tahu apakah hayat dan kesihatan yang ada akan berterusan sehingga kita dapat menunaikannya di masa hadapan.
Bagi orang yang tidak sempat melakukan puasa sunat kerana sibuk dengan puasa wajib diharapkan Allah swt akan memberi ganjaran berdasarkan niat dan azamnya. Sebagaimana sabda Nabi saw:
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا . رواه البخاري
Maksudnya: “Apabila seorang hamba Allah sakit atau musafir (beliau tidak dapat melakukan amalan yang biasa dilakukannya) maka dituliskan baginya pahala seperti amalan yang biasa dilakukannya sewaktu tidak bermusafir dan sewaktu sihat” [Sahih Al-Bukhari no. 2834]
Semoga kita semua diberi taufiq dan hidayah oleh Allah swt ke jalan yang di redhai-Nya serta dapat melaksanakan ibadah puasa enam hari di bulan Syawal ini dengan sempurna. Seterusnya kita dimasukkan ke dalam golongan orang yang mendapat kejayaan dunia dan akhirat. Aamin.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما إلى يوم الدين
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسوله الأمين، وعلى آله وصحبه أجمعين.
Ibadah puasa adalah suatu amalan mulia yang amat digalakkan oleh Islam. Selain puasa fardhu Ramadhan, umat Islam juga boleh melakukan ibadat puasa sunat di luar bulan Ramadhan. Ada puasa sunat yang bersifat mingguan (seperti berpuasa pada hari isnin dan khamis), puasa bulanan (tiga hari dalam sebulan) dan puasa tahunan (hari Arafah, ’Asyura’ dan enam hari dalam bulan Syawal).
Puasa adalah satu ibadah yang besar keutamaannya. Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahawa Rasulullah sallallahu’alaihiwas allam bersabda, Allah subhanahu wata’aala berfirman (dalam hadis Qudsi):
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ؛ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ... وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ . رواه مسلم.
Maksudnya: “Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia adalah untuk-Ku dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu).” (Rasulullah menjelaskan) : “Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, nafas orang yang berpuasa adalah lebih harum di sisi Allah berbanding wangian kasturi.” [Sahih Muslim no: 1151] Selain hadis di atas, terdapat banyak hadis lain yang menerangkan keutamaan puasa sunat.
Abu Said Al-Khudri ra berkata: Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللهِ بَعَّدَ اللهُ وَجْهَهُ عَنْ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا . رواه البخاري.
Maksudnya: “Sesiapa yang berpuasa satu hari pada jalan Allah, nescaya Allah swt menjauhkan mukanya dari api neraka selama 70 tahun”. [Sahih Al-Bukhari no: 2840]
Di antara puasa sunat ialah puasa enam hari pada bulan Syawal. Bersempena dengan bulan Syawal ini, artikel ini akan membincangkan tentang puasa sunat ini.
Dalil Puasa Sunat Enam Syawal.
Abu Ayyub Al-Ansari ra berkata: Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ. رواه مسلم.
Maksudnya: “Sesiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian dia mengiringinya dengan enam hari dari bulan Syawal maka seperti ia berpuasa sepanjang tahun.” [Sahih Muslim hadis no: 1164].
Di dalam hadis ini Rasulullah saw menyatakan bahawa puasa enam hari selepas bulan Ramadhan akan diganjari pahala seolah-olah berpuasa selama setahun.
Para ulama’ menghuraikan rahsia di sebalik ganjaran tersebut dengan mendatangkan dalil bahawa setiap amalan kebaikan manusia akan diganjari sebanyak 10 kali ganda. Puasa 30 hari di bulan Ramadhan diganjari sebanyak 300 hari, manakala puasa 6 hari di bulan Syawal pula diganjari dengan 60 hari. Jika dikira jumlahnya ialah 360 hari, ia hampir menyamai jumlah hari di dalam setahun sebanyak 360 hari. Sesungguhnya Allah swt maha berkuasa untuk memberikan ganjaran sebanyak mana yang dikehendaki- Nya.
Hikmah Puasa Sunat Enam Syawal.
Sebenarnya puasa enam hari ini mempunyai beberapa hikmah yang tertentu dari sudut kesihatan manusia itu sendiri. Puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan antaranya menyebabkan sistem percernaan di dalam badan berehat seketika di waktu siang selama sebulan. Kedatangan bulan Syawal pula menyebabkan seolah-olah ia mengalami kejutan dengan diberikan tugas mencerna pelbagai makanan pada hari raya dan hari-hari selepasnya. Oleh kerana itulah, puasa enam ini memberikan ruang kembali kepada sistem pencernaan badan untuk berehat dan bertugas secara beransur-ansur untuk kebaikan jasmani manusia itu sendiri.
Selain dari itu, sebagai manusia yang menjadi hamba kepada Allah swt, alangkah baiknya seandainya amalan puasa yang diwajibkan ke atas kita di bulan Ramadhan ini kita teruskan juga di bulan Syawal walaupun sekadar enam hari. Ini seolah-olah menunjukkan bahawa kita tidak melakukan ibadat puasa semata-mata kerana ia menjadi satu kewajipan tetapi kerana rasa diri kita sebagai seorang hamba yang benar-benar bersunguh-sungguh untuk taqarrub kepada tuhannya. Kerana itulah kata ulama’: “Betapa malangnya orang yang hanya mengenal Allah pada bulan Ramadhan, sedangakan pada bulan lain Allah swt dilupai”.
Hukum Puasa Sunat Enam Syawal.
Hukumnya adalah sunat. Berkata Imam An-Nawawi rh: “Hadis ini jelas menjadi dalil bagi mazhab Imam al-Syafi’e, Imam Ahmad, Daud dan ulama’ yang sependapat dengan mereka bahawa disunatkan berpuasa enam hari (pada bulan Syawal).
Imam Malik dan Imam Abu Hanifah pula menganggap hukumnya makruh. Sebabnya kerana bimbang orang ramai akan menyangka ia adalah sebahagian dari puasa Ramadhan (yang wajib hukumnya) padahal ia bukanlah dari puasa Ramadhan.” [Syarah Sahih Muslim 8/56]
Bilakah Dimulakan Puasa Sunat Enam Syawal?
Puasa sunat enam Syawal paling awal dimulakan pada 2 Syawal. Ini kerana tarikh 1 Syawal adalah hari Eidil Fitri dan kita dilarang dari berpuasa pada hari tersebut. Abu Hurairah ra berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ: يَوْمِ الأَضْحَى، وَيَوْمِ الْفِطْرِ . رواه مسلم.
Maksudnya: “Nabi saw melarang puasa pada hari (Eidil) Fitri dan (Eidil) Adha.” [Sahih Al-Bukhari no: 1991].
Bagaimana Melaksanakan Puasa Sunat Enam Syawal?
Syarat dan adab bagi puasa sunat enam Syawal adalah sama seperti puasa wajib pada bulan Ramadhan.
Persoalan yang menjadi perbincangan di kalangan para ulama’ ialah:
1- Adakah ia dilaksanakan secara berturut-turut selama enam hari atau secara terputus?
Pandangan yang lebih tepat adalah ia boleh dilakukan secara terputus (tidak berturut-turut) asalkan jumlah enam hari dicukupkan sebelum berakhirnya bulan Syawal. Ini kerana apabila Rasulullah saw menganjurkan puasa sunat enam hari ini, baginda menyebut bulan Syawal secara umum tanpa memberi ketentuan hari-harinya. Maka puasa enam tersebut boleh dilaksanakan pada mana-mana hari dalam bulan Syawal asalkan bukan pada 1 Syawal dan bukan sesudah berakhir bulan Syawal.
Namun adalah lebih afdhal disegerakan pelaksanaan puasa enam Syawal berdasarkan umum firman Allah swt:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . آل عمران: 133
Maksudnya: “Dan bersegeralah kamu kepada (mengerjakan amal-amal yang baik untuk mendapat) keampunan dari Tuhan kamu, dan (ke arah mendapatkan) Syurga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” [Surah Aali Imran:133]
2- Melaksanakan Puasa Sunat Enam Syawal Sebelum Mengqadha Puasa Ramadhan.
Wujud perbincangan di kalangan para ulama’, apakah dibolehkan berpuasa sunat enam Syawal jika seseorang itu memiliki hutang puasa Ramadhan yang belum diqadhanya? Ada dua pendapat ulama’ dalam masalah ini.
Pendapat Pertama: Boleh melakukannya, berdasarkan dalil bahawa Aisyah radhiallahu 'anha pernah mengakhirkan hutang puasa Ramadhan yang perlu diqadhanya hingga ke bulan Sya’ban yang akan datang. Aisyah ra berkata:
كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلا فِي شَعْبَانَ. قَالَ يَحْيَى: الشُّغْلُ مِنْ النَّبِيِّ أَوْ بِالنَّبِيِّ . رواه البخاري
Maksudnya: “Aku memiliki hutang puasa bulan Ramadhan. Aku tidak mampu mengqadhanya kecuali pada bulan Sya’ban.” Kerana sibuk (melayani) Rasulullah saw. [Sahih Muslim no: 1146. Sahih al-Bukhari, hadis no: 1950, penjelasan “kerana sibuk melayani Rasulullah saw” ialah penjelasan salah seorang perawi hadis yang bernama Yahya bin Sa‘id.]
Para ulama’ yang mengemukakan pendapat pertama berhujah, sudah tentu tidak mungkin isteri Rasulullah saw, yakni Aisyah ra, tidak melaksanakan puasa sunat enam Syawal. Pasti beliau melaksanakannya dan tindakan beliau yang mengqadha puasa Ramadhan pada bulan Sya’ban menunjukkan dibolehkan berpuasa sunat enam Syawal sekali pun seseorang itu memiliki hutang puasa Ramadhan.
Pendapat Kedua: Tidak boleh melakukannya, berdasarkan hadis yang menganjurkan puasa sunat enam Syawal itu sendiri yang telah dikemukakan di awal risalah ini. Hadis tersebut berbunyi: “Sesiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian dia mengiringinya dengan enam hari dari bulan Syawal maka seperti ia berpuasa sepanjang tahun.”
Rasulullah saw mensyaratkan “berpuasa Ramadhan” terlebih dahulu, kemudian barulah “mengiringinya dengan enam hari dari bulan Syawal”. Ini menunjukkan puasa sunat enam Syawal hanya dilaksanakan sesudah seseorang itu menggenapkan puasa Ramadhannya. Jika ada puasa Ramadhan ditinggalkan, ia perlu diqadha terlebih dahulu. Kemudian barulah diiringi dengan puasa sunat enam Syawal.
Kalau diperhatikan secara teliti, pendapat yang kedua lebih rajih (kuat); Kerana ianya lebih menepati dalil puasa sunat enam Syawal itu sendiri. Selain dari itu, membayar hutang yang wajib hendaklah didahulukan dari memberi sedekah yang sunat. Ini disokong dengan ayat 133 surah Aali Imran yang dikemukakan sebelum ini, yang menganjurkan kita untuk menyegerakan amal kebajikan. Sudah tentu amal yang wajib lebih perlu disegerakan daripada amal yang sunat.
Namun, sekiranya seorang itu tidak berkesempatan (disebabkan keuzuran) untuk melakukan qadha kemudian berpuasa enam dan dia berkeyakinan akan sempat mengqadhakannya sebelum Ramadhan tahun berikutnya, maka pendapat yang pertama boleh diterima, berdasarkan apa yang dilakukan oleh Aisyah ra.
Menurut Imam An-Nawawi rh, Mazhab Malik, Abu Hanifah, Asy-Syafie, Ahmad dan jumhur salaf dan khalaf mengatakan: “Qadha puasa Ramadhan bagi mereka yang berbuka kerana uzur seperti kedatangan haid dan musafir, maka kewajipan mengqadhanya adalah secara bertangguh (’ala at-tarakhi), tidak disyaratkan qadha terus apabila boleh melakukannya” . [Syarah Sahih Muslim 8/22].
Menurut Al-Khatib Asy-Syarbini: “Sesiapa yang tertinggal puasa Ramadhan, sunat dia mengqadhakannya secara berturut-turut dan makruh bagi orang yang ada qadha Ramadhan melakukan puasa sunat”. [Mughni Al-Muhtaj 2/181 cet, Darul Kutub Al-Ilmiah, Beirut].
3- Menggabungkan puasa qadha dan puasa enam.
Di antara persoalan yang sering timbul sekitar puasa enam ialah adakah harus menggabungkan di antara dua puasa iaitu puasa qadha dan puasa enam hari di bulan Syawal. Adakah diganjari dengan kedua-dua pahala tersebut dengan puasa yang satu?
Persoalan ini berlaku khilaf di kalangan ulama’, sebahagiannya yang berpendapat tidak boleh mencampurkan niat puasa sunat dengan puasa fardhu yang lain atau dengan puasa sunat yang lain, sekiranya dilakukan maka puasanya itu tidak sah, tidak bagi yang fardhu dan tidak bagi yang sunat.
Ada dikalangan ulama’ Syafi’iyyah berpendapat bahawa ganjaran puasa enam tetap akan diperolehi apabila seseorang berpuasa qadha sekalipun ia tidak berniat menggabungkan kedua-duanya, namun pahala yang diperolehi kurang daripada seorang yang berpuasa kedua-duanya secara berasingan. [Lihat: Hasyiah Asy-Syarqawi ‘Ala Tuhfah At-Tullab 1/428, cet, Darul Ma’rifah, Fatawa Al-Azhar 9/261 Al-Maktabah Asy-Syamilah]
Al-Khatib Asy-Syarbini berkata: “Jika seseorang berpuasa qadha atau puasa nazar atau puasa sunat yang lain di bulan Syawal, adakah dia mendapat pahala sunat (Syawal) atau tidak? Saya tidak mendapati pendapat ulama’ yang menyebut tentangnya, dan yang zahirnya adalah dapat pahala tersebut (pahala puasa yang diniatinya). Namun, dia tidak mendapat pahala sebagaimana yang disebut oleh hadis yang menerangkan tentang kelebihan puasa enam tadi, khasnya mereka yang tertinggal puasa Ramadhan kemudian berpuasa pada bulan Syawal. Ini kerana mereka tidak memenuhi maksud hadis tersebut (menyempurnakan puasa Ramadahan kemudian diikuti dengan puasa enam)”. [Mughni Al-Muhtaj 2/184 cet, Darul Kutub Al-Ilmiah, Beirut]
Setelah dikaji, pandangan ulama’ yang membolehkan puasa dua dalam satu ini, tidak bersandarkan mana-mana dalil al-Qur’an dan al-Sunnah. Mereka juga mengatakan amalan ini hanya mendapat pahala kerana kebetulan berpuasa qadha dalam bulan Syawal, sama seperti pahala sunat tahiyyatul masjid dengan solat fardhu (orang yang terus melakukan solat fardhu apabila masuk ke dalam masjid akan mendapat juga pahala sunat tahiyyatul masjid). Wallahu a’lam.
Oleh itu, lakukanlah dua ibadat puasa ini (fardhu dan sunat) secara berasingan, kerana sebagai seorang hamba yang tunduk kepada Allah SWT, memperbanyakkan amalan taqarrub dengan memisahkan di antara yang menjadi kewajipan dengan yang menjadi galakan (sunat) tentulah lebih menunjukkan kesungguhan diri sebagai seorang hamba yang mencari keredhaan Tuhannya. Ini juga lebih berhati-hati (ahwat) dalam ibadat, serta melakukan ibadat dengan yakin adalah lebih utama (aula), kerana ada pendapat ulama’ mengatakan tidak boleh mencampurkan niat puasa sunat dengan puasa fardhu yang lain atau dengan puasa sunat yang lain.
Sebagai kesimpulan, puasa sunat semata-mata kerana Allah (bukan kerana sakit atau ingin berdiet) mempunyai kelebihan yang besar di sisi Allah swt dan sangat digalakkan oleh Rasulullah saw.
Sebagaimana yang diketahui semua amalan sunat adalah sebagai penampal kepada mana-mana kekurangan dalam amalan fardhu. Puasa enam hari pada bulan Syawal ini pula thabit dari sunnah Rasulullah saw. Sepatutnyalah kita mengambil peluang ini untuk berpuasa enam hari pada bulan Syawal.
Sempurnakan dahulu qadha beberapa hari yang tertinggal, kerana kita tidak tahu apakah hayat dan kesihatan yang ada akan berterusan sehingga kita dapat menunaikannya di masa hadapan.
Bagi orang yang tidak sempat melakukan puasa sunat kerana sibuk dengan puasa wajib diharapkan Allah swt akan memberi ganjaran berdasarkan niat dan azamnya. Sebagaimana sabda Nabi saw:
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا . رواه البخاري
Maksudnya: “Apabila seorang hamba Allah sakit atau musafir (beliau tidak dapat melakukan amalan yang biasa dilakukannya) maka dituliskan baginya pahala seperti amalan yang biasa dilakukannya sewaktu tidak bermusafir dan sewaktu sihat” [Sahih Al-Bukhari no. 2834]
Semoga kita semua diberi taufiq dan hidayah oleh Allah swt ke jalan yang di redhai-Nya serta dapat melaksanakan ibadah puasa enam hari di bulan Syawal ini dengan sempurna. Seterusnya kita dimasukkan ke dalam golongan orang yang mendapat kejayaan dunia dan akhirat. Aamin.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما إلى يوم الدين
kategori
tazkirah_sunny
Subscribe to:
Posts (Atom)